Aad Satria Permadi melukiskan
Jokower stubborn. Dikasih tahu, makin keras memuja Jokowi.
Ngeyel. Kepala batu. Irasional.
Mereka tolak Prabowo-Sandi, paslon terbaik dari semua parameter.
Well educated. Usia prima. Nggak kampungan. Keduanya personifikasi dari solusi dua masalah primer; hukum dan kesejahteraan ekonomi.
Di antara Jokower, ada sekumpulan minoritas
full of fear. Mereka ditakut-takuti Suriahnisasi-Indonesia. Islamophobic. Rasa takut itu membuat mereka irasional.
Thus, masuk kubu Jokowi-Maruf.
“
Neither a man nor a crowd nor a nation can be trusted to act humanely or to think sanely under the influence of a great fear,†kata Bertrand Russell.
Gembar-gembor infrastruktur. Padahal semua presiden bangun jalan tol. Tidak gratis. Nggak sanggup
buy back Indosat.
Pake dana haji. Utang bengkak. Menterinya bilang cacing makarel bergizi. Delusi Esemka. Islam-Nusantara. Liberal. Pro Ahok penoda agama dan kawin-cerai. Alhasil, Jokower jauh dari
scientif value.
Thomas Henry Huxley mengatakan, “
The scientific spirit is of more value than its products, and irrationally held truths may be more harmful than reasoned errorsâ€.
Huxley benar. Berpegang teguh pada irasionalitas lebih berbahaya daripada
triger international tension akibat "Propaganda Rusia".
Irasionalitas itu pula yang membuat Jokower mengalami suspensi kesadaran.
They refuse to see. Ignorance. Sekaligus menolak untuk cari tahu.
“
Irrationality is the rejection of man’s means of survival and, therefore, a commitment to a course of blind destruction; that which is anti-mind, is anti-life,†kata Ayn Rand.
[***]
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak)
BERITA TERKAIT: