Ada dua titik ceruk kelemahan elektabilitas Jokowi. Pertama, sebagian umat Islam merasa Jokowi tidak pro Islam. Ceruk ini menganggap Jokowi kerap membuat kebijakan anti Islam seperti yang mutakhir pengaturan soal jilbab meski kemudian dianulir karena menuai gelombang protes.
Untuk ceruk ini Jokowi sudah menyadari sehingga upaya-upaya mendekatkan diri dengan kelompok Islam intensif digalang termasuk menggandeng Kiai Ma'ruf Amien sebagai cawapres. Selain itu, juga mulai memainkan simbol dan ritual Islam untuk mengerek elektabilitas seperti menjadi imam shalat, hendak mengikuti tes baca AL Quran, rajin bersilaturahmi di acara NU dan Muhammadiyah, dan lain-lain.
Namun ada satu hal yang susah dilakukan meski intensif menggunakan simbol dan ritual Islam yaitu sebagaimana perkataan Aa Gym mengembalikan psikologi sebagian umat Islam yang merasa selama ini dipojokkan dengan tudingan sebagai intoleran dan radikal. Pendekatan simbol dan ritual agaknya sulit menyembuhkan luka psikologis ini. Meski tidak semua merasa demikian, ada sebagian umat Islam yang merasa diperlakukan demikian.
Kedua, kelompok pemilih rasional. Kelompok ini meski tidak banyak namun masih menunggu komitmen dan janji Jokowi direalisasikan di akhir masa jabatannya. Janji-janji kampanye yang masih belum ditunaikan menjadi salah satu pertimbangan memilih lagi atau berpaling ke calon lain, atau bahkan golput. Kasus Novel Baswedan misalnya menjadi ujian Jokowi apakah ia serius menegakkan hukum di tanah air atau hanya basa-basi.
Hadirnya kelompok-kelompok relawan juga tidak signifikan mendongkrak elektabilitas lantaran hanya menunggu kucuran logistik serta jadi wadah bargaining untuk meminta konsesi ekonomi politik. Selain karena kegiatan yang digelar lebih banyak festival kongkow, bukan kerja politik menggalang dukungan.
Masih ada waktu bagi Jokowi, timses, relawan dan buzzer untuk berbenah agar meraup suara. Dan satu hal, timses dan relawan jangan mentang-mentang berkuasa sehingga menjadi jumawa dan over confident.
[***]Arif Nurul ImamAnalis politik dan Direktur IndoStrategi
BERITA TERKAIT: