Menariknya pada rabu terakhir di bulan Safar yang diyakini sebagai hari naas, budaya lokal setempat mendorong ke arah sedekah dan upacara-upacara yang sekaligus di dalamnya acara berbagi atau bersedekah. Semua itu diadakan dalam rangka menolak musibah atau tolak bala´.
Di Islam sendiri sedekah diyakini sebagai tolak bala´. Diriwayatkan At Tabrani pada Al Kabir dari Rafi´ bin Khudaij ra, Rasulullah Saw bersabda, "Sedekah itu menutup 70 pintu keburukan."
Sebagai contoh, sejumlah tradisi lokal yang digelar pada Rabu Wekasan adalah Sedekah Ketupat atau Sidekah Kupat di daerah Dayeuhluhur, Cilacap. Ada juga upacara Rebo Pungkasan, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
Di Cirebon, Rabu Wekasan dikemas dalam tradisi `Ngirab´. Di sejumlah daerah juga digelar dengan istilah `Safaran´ dalam rangka Rabu terakhir di bulan Safar. Dalam acara-acara tersebut juga ada pembagian makanan (baca sedekah) yang biasanya dalam sajian berupa ketupat, apem dan nasi tumpeng.
Ternyata budaya tersebut berakar pada Islam. Bila menengok sejarah perjalanan manusia, murka Allah seringkali turun pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar.
Di antaranya peritiwa yang terjadi pada Rabu terakhir bulan Safar atau Rabu Wekasan adalah pembunuhan Qabil terhadap Habil, adzab yang meluluhlantakkan kaum Luth, upaya pembakaran terhadap Nabi Ibrahim as dan angin badai yang menghancurkan kaum ´Aad.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan , seorang laki-laki bertanya kepada Imam Ali sa sebagai pintu ilmu Rasulullah Saw, "Wahai Amirul Mukminin, beritahukanlah kami terkait hari Rabu yang nasib buruk dan beban berat terjadi padanya! Hari Rabu yang mana?"
Imam Ali menjawab, " Hari itu adalah akhir Rabu dari bulan-bulan, dan saat itu bulan tak terlihat (mihaq). Pada hari itu Qabil membunuh saudaranya, Habil. Hari Rabu itu, Nabi Ibrahim as dilempar ke dalam api dan diletakkan ke alat pelontar (dengan alat pelontar itu Nabi Ibrahim sa dilempar ke dalam api). Pada hari Rabu itu, Allah menenggelamkan Firaun. Pada hari itu, Allah membalikkan kampung Nabi Luth sa. Pada hari Rabu itu pula, Allah mengirimkan badai kepada kaum ´Aad."
Oleh: Alireza Alatas
Pembela Ulama dan NKRI, Aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (SILABNA)