Raut wajah itu sebenarnya sudah sangat jelas menggambarkan pada apa yang terjadi dengan masyarakat Riau, mereka kesulitan memandang bukan karna penyakit kebutaan seperti manusia umumnya, melainkan hanyalah†tertutupi oleh sesuatu bernama kabut asap.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Riau kembali memperpanjang status Darurat Pencemaran Udara akibat kebakaran lahan dan hutan hingga 1 November 2015. Kabut asap itu tak hanya menyelimuti ruang daerah tersebut. Kabut asap itu juga berhasil menyelimuti sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga mulai dari pendidikan hingga roda perekonomian mau tak mau terpaksa dihentikan.
Kabut asap bagi masyarakat Riau seolah sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Asap merupakan sahabat yang selalu mengikuti dan menemani masyarakat ditanah yang kental dengan adat melayu tersebut.
Perpanjangan status darurat bencana ini merupakan keterpaksaan yang harus diwujudkan oleh pemerintah provinsi mengingat kualitas udara masih tidak sehat bahkan dapat dikatakan sudah tak layak hirup lagi bagi manusia. Tak hanya itu, Dinas kesehatan Provinsi Riau menyebutkan data korban infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di kabupaten/kota provinsi Riau telah mencapai jumlah 65,232 jiwa. Maka dari itu, tak ada pilihan bagi Gubernur selain memperpanjang status darurat kabut asap ini.
Tak hanya itu, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa musim kemarau tahun 2015 akan lebih panjang dibandingkan tahun lalu. Kemarau akan menjadi hantu hingga penghujung tahun ini. Hal ini merupakan dampak dari El Nino yang menerpa Indonesia. El Nino ialah fenomena alam terkait dengan kenaikan suhu permukaan laut yang melebihi nilai rata-rata di Samudra Pasifik.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa hujan tak akan menyapa bumi melayu Riau dalam waktu dekat. Hujan sebagai harapan pengusir asap tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya dewa penolongâ€. Jika selama itu tidak ada tindakan-tindakan yang lebih dari pemerintah maka status darurat pencemaran udara pun terpaksa akan terus diperpanjang. Akibatnya, penderitaan akan semakin berlarut bersama asap yang terus menggerogoti.
Di balik akutnya derita masyarakat ini, semestinya harus ada kebijakan-kebijakan yang lebih dari pemerintah. Bukan hanya pemerintah daerah dan provinsi yang terkena dampak secara langsung, pemerintah pusat juga harus turut lebih serius menghilangkan kabut asap ini. Sangat jelas kiranya bahwa durasi derita rakyat sangat bergantung pada kinerja-kinerja pemerintah pusat. Semakin lama Jokowi bertindak maka semakin banyak pula derita yang dirasakan masyarakat.
Sebaliknya, apabila Jokowi berhasil menyelesaikan masalah ini dengan lebih cepat maka ia benar-benar akan menjadi pahlawan bagi masyarakat. Maka dari itu, cahaya kehidupan bagi masyarakat Riau bukanlah sesuatu yang berlebihan dan aneh, mereka hanya ingin agar pemerintah sebagai pelindung bagi masyarakatnya benar-benar memberikan secuil kehidupan yang layak dengan cara mengusir dan membinasakan kabut asap dengan tuntas.
Dedy Ibmar
Aktivis HMI Ciputat, Penggiat Kajian PIUSH serta anggota Serumpun Mahasiswa Riau (SEMARI).