Bilangan Besar

Minggu, 23 Agustus 2015, 07:08 WIB
PERTEMUAN antara pemerintah dengan pers dilakukan untuk harmonisasi pilar keempat demokrasi. Pendekatan komunikasi yang pernah dilakukan pada partai-partai politik, KPK, DPR, dan MPR. Itu semua karena pemerintah memerlukan dukungan komunikasi massif kondusif ketika melakukan pembangunan secara cepat. Pembangunan berbilangan besar. Bukanlah bilangan kecil-kecil yang lazim dijadikan sebagai target pembangunan yang biasa-biasa saja dan kurang berkesan.

Pemerintah ingin membangun jauh lebih banyak jalan, jalan kereta api, jembatan, jalan tol, tol laut, pelabuhan, bandara, bandara perintis, galangan kapal, waduk irigasi, dan pembangkit listrik. Ingin melindungi laut dari ancaman pencurian ikan. Pemerintah berkehendak mendaulatkan produksi padi, jagung, kedelai, gula, daging, dan ikan. Memberdayakan alutsista dalam negeri melampaui batas kekuatan esensial minimum. Membangun dari pinggiran dan perbatasan antar negara ke pusat kota.

Sebuah visi untuk membangun infrastruktur secara spektakuler dan cepat. Pembangunan infrastruktur berbasiskan realokasi anggaran subsidi BBM untuk dialokasikan pada belanja modal infrastruktur dan bantuan-bantuan sosial.

Kendala Pasar Valuta Asing

Visi besar yang melupakan peningkatan jumlah produksi migas pada sektor hulu secara  spektakuler, melainkan bergantung dari sumber perdagangan migas. Peningkatan target kapasitas energi pembangkit listrik yang besar tanpa nuklir. Kedaulatan pangan tanpa keberhasilan rekayasa genetika secara spektakuler untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Kedaulatan pangan tanpa proyek mengubah air laut menjadi air tawar, yang dapat
didistribusikan ke sentra lahan kekeringan. Pemasokan alutsista tanpa kemajuan jumlah
produksi baja berkualitas tinggi di dalam negeri yang spektakuler. Tanpa mobilisasi besar-besaran para insinyur berteknologi yang canggih luar biasa. Debirokratisasi dan retrukturisasi organisasi pemerintahan tanpa pemulangan sumberdaya manusia unggul diaspora yang masih bermukim di luar negeri.

Namun megaproyek infrastruktur terkendala kondusivitas pasar valuta asing. Depresiasi besar terjadi dari Rp 12.082 pada awal pemerintahan bulan Oktober 2014 telah menembus Rp 14.000 per dolar AS. Devaluasi mata uang Yuan China terjadi berkali-kali dan terjadi devaluasi Vietnam merespon rencana the Fed menurunkan tingkat suku bunga bank. Kurs rupiah sekarang pada hakekatnya telah terdevaluasi” dari kejadian depresiasi tajam di atas.

Pertumbuhan ekonomi melambat. Jumlah pengangguran naik. Pedagang eceran mogok berjualan daging sapi, berlanjut ke daging ayam ras. Harga jual daging ketinggian yang tidak terbeli konsumen. Pakan konsentrat ternak besar dan ternak kecil dari jagung dan kedelai, serta sapi bakalan terkait impor. Itu sinyal gejolak pasar valuta asing telah menyentuh ekonomi sektor riil di rantai pasok hilir. Aksi lempar batu di Kampung Pulo memperjelas keterkejutan pembangunan infrastruktur berbilangan besar di tengah dampak gejolak pasar valuta asing.[***]


Sugiyono Madelan
peneliti INDEF & dosen Universitas Mercu Buana

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA