Sosok Seperti Nazaruddin pun Sebenarnya Bukan Berarti Apa-Apa

Minggu, 04 September 2011, 11:36 WIB
Sosok Seperti Nazaruddin pun Sebenarnya Bukan Berarti Apa-Apa
muhammad nazaruddin/ist
SEPERTI kata pameo ‘maling bisa lebih pintar dari polisinya’. Fenomena itulah yang terjadi di negeri tercinta, Indonesia. Para pejabat, anggota legistlatif, politisi dan partai di negeri ini nampaknya semakin lihai menyiasati penggelapan dana dan semakin lihai juga untuk lari dari jeratan hukum. Pihak-pihak yang seharusnya menjadi wakil serta panutan bagi rakyat, malah merugikan rakyat dengan mengkorupsi uang negara. Bahkan tanpa rasa malu mereka melarikan diri ke negeri tetangga.
 
Beragam upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengeliminir kasus korupsi, namun sampai saat ini belum ada yang membuahkan hasil yang signifikan. Rakyat sebagai korban dari tindakan korupsi, hanya bisa mengutarakan ketertindasan mereka melalui unjuk rasa. Ironisnya lagi, aparat kepolisian dan kejaksaan yang selama ini mem back up pemerintah, tidak cukup kuat untuk memberantas para koruptor yang jumlahnya terus berlipat ganda dan berjejer dari Sabang sampai Merauke.
 
Negatifitas dari beragam carut marut kasus korupsi, seyogyanya tidak menjadikan rakyat berhenti berusaha memberantas tindakan tersebut. Masih ada secercah harapan untuk memulihkan negeri ini dari penyakit korupsi. Pemberantasan korupsi akan sangat optimal bila badan yang secara khusus ditujukan untuk memberantas korupsi, yakni KPK (Komisi pemberantasan Korupsi) dimaksimalkan kinerjanya. Selain itu, dibutuhkan juga peran masyarakyat dari berbagai lapisan untuk bersikap konsisten memberantas korupsi. Masyarakat harus kompak untuk tidak memilih calon legislatif,partai atau pejabat yang pernah terlibat kasus korupsi.
 
Komisi yang didirikan pemerintah saat ini, membuktikan adanya itikad yang kuat untuk menghapus korupsi. Tentu menghapus korupsi adalah amanat yang berat karena di negeri ini korupsi sudah mengakar. Melihat fakta tersebut, KPK diharapkan mampu mengoptimalkan perannya sebagai pemberantas korupsi. Optimalisasi akan berjalan baik apabila KPK dapat bersikap tegas dalam menyelesaikan kasus-kasus korupsi. Disamping itu KPK juga harus melibatkan lembaga-lembaga resmi pemerintah untuk bekerja sama mengeradikasi korupsi.
 
Korupsi yang merajalela dan mengakar bukanlah kartu mati. Pemerintah dan masyarakat hanya perlu meningkatkan kerjasamanya untuk saling mengawasi tindak tanduk korupsi dan membasmi korupsi. Pemerintah, dalam hal ini diwakili KPK, adalah pihak yang sangat berpengaruh dalam pemberantasan korupsi. KPK dituntut untuk bisa mengoptimalkan kinerja dengan cara bersikap tegas serta berkoordinasi dengan lembaga-lembaga kepemerintahaan di Indonesia.
 
Sedangkan masyarakat, dalam hal ini meliputi semua kalangan, juga merupakan elemen yang kuat. Terlepas dari ragam status sosial, ras agama atau kelompok, semua warga negara harus mau menggotong tanggung jawab bersama-sama dan tidak terkecuali untuk mengeradikasi tindakan-tindakan korupsi dalam bentuk apapapun. Oleh sebab itu, kekompakkan dan konsistensi perlu terus diasah sehingga tumbuh kesadaran moral bangsa. Dengan itikad yang baik dan usaha yang maksimal, bersama-sama dapat kita hapuskan korupsi di negeri ini. Bila ini terlaksana, niscaya manusia macam Nazaruddin bukan menjadi masalah yang berarti.

 

I Made Adiyaksa
Jl. Wira Bhakti VI
Jatiwaringin
Jakarta Timur
 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA