Seperti diutarakan Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, penurunan bunga KPR yang diklaim sudah single digit saat ini oleh perbankan, belum sigÂnifikan mencukupi harapan masyarakat. Apalagi kalau penuÂrunannya baru sebatas sedikit di bawah 10 persen.
"Misalnya BTN yang sudah turunkan bunga di kisaran 9,5 persen, itu kan masih sedikit sekali. Sebaiknya, jika penuÂrunan bunga KPR ingin lebih terasa di kantong masyarakat, idealnya di kisaran 6,75-8 persen untuk bunga fixed selama lima tahun," tuturnya.
Apalagi kontribusi terbesar pada rumah komersial di kelas menengah, yaitu rumah dengan kisaran harga antara Rp 200-Rp 500 juta. Jika KPR di kelas ini diberikan bunga yang rendah, tentu kelas menengah merupaÂkan market menjanjikan.
Menyoal leletnya respons bank terhadap pemangkasan
7 Day Reverse Repo Rate (
repo rate) di level 4,25 persen bulan lalu, Ali mendesak perbankan bisa mempercepatnya. Jika biasanya penyesuaian suku bunga baru terjadi paling cepat tiga hingga lima bulan mendatang, Ali meÂminta transmisi suku bunga bisa segera terjadi bulan depan.
"Harus segera supaya perÂtumbuhan KPR di awal tahun 2018 tetap bagus. Soalnya, menuju pertengahan 2018 suÂdah condong ke tahun Pemilu, khawatirnya masyarakat muÂlai menahan lagi (permintaan KPR)," jelasnya kepada
Rakyat Merdeka.
Menurut hitung-hitungan Ali, penurunan bunga KPR sekitar 1 persen bisa menumbuhkan permintaan KPR sampai sekitar 4-5 persen. Sedangkan, pertumÂbuhan permintaan KPR bisa sebanding dengan pertumbuhan penjualan rumah. Sehingga penjualan rumah diharap bisa meningkat dua kali lipat dari posisi saat ini.
Di kesempatan berbeda, Direktur Utama BTN Maryono mengaku, pihaknya sudah meÂmatok suku bunga KPR di single digit. "KPR counter rate minggu kemarin sebesar 9,5 persen. Pokoknya kami sudah single digit," tutur Maryono.
Ditambahkan Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Nugroho Soeko, seiring penuÂrunan bunga deposito, maka ada kemungkinan perseroan akan kembali memangkas suku bunga kredit. "Dalam dua sampai tiga bulan ke depan, ketika biaya dana sudah turun, pada saat itu juga kami akan lebih agresif menurunkan bunga kredit," janji Iman kepada
Rakyat Merdeka.
Namun Iman mengaku, pihaknya tetap selektif dalam beberapa sektor dan debitor. Artinya, besaran penurunan suku bunga tidak sama antar sektor. Sementara bagi nasabah lama yang mengambil kredit KPR, Iman mengaku perseroan masih mengenakan suku bunga 14,5 persen.
"Ke depan, diproyeksi seiring tren penurunan bunga, bunga kredit KPR nasabah lama juga akan turun menjadi 13,5 persen," ucapnya.
Sedangkan untuk debitor BUMN, sambung Iman, bunga kreditnya sudah cukup rendah yaitu 8,5 persen. Hal ini karena bank juga melihat profil risiko sebelum menyalurkan kredit.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan, saat ini rata-rata suku bunga kredit konsumer dan korporasi BCA sudah satu digit.
"Kredit korporasi, KPR, KKB, BCA praktis sudah satu digit. Sedang komersial sudah 10,5 persen," kata Jahja.
Corporate Secretary BCA Jan Hendra menjelaskan, pihaknya telah menurunkan bunga KPR komersial di kisaran 7 persen. "Untuk mengakomodir kebutuhan nasabahnya, BCA memberlakukan suku bunga yang kompetitif dalam setiap produk dan layanannya. Saat ini kisarannya sudah rendah di kisaran 7-9 persen," ucap Jan kepada
Rakyat Merdeka. Jan merinci, program Bunga KPR BCA
Fix & Cap Tetap SpeÂsial Tetap Stabil, yang berlangÂsung 1 Agustus-29 Desember 2017, selama tiga tahun bunÂganya di kisaran 7-7,5 persen. Dan 3 tahun berikutnya dikenai bunga 8-8,5 persen.
Sedangkan Direktur Retail Banking PermataBank Bianto Surodjo mengatakan,pihaknya juga akan menurunkan suku bunga kredit KPR, sebagai respons penurunan suku bunga acuan BI.
"Tentu saja secara gradual suku bunga akan kita teruskan untuk turun. Sejak Desember hingga Agustus secara terus menerus kita turunkan. BeÂberapa produk KPR itu sudah single digit. Ya macam-macam produk ada 8 persen ada di bawah 8 persen, KPR tertentu," jelasnya. ***
BERITA TERKAIT: