Kepala BBPPKS Bandung, Iyan Kusumadiana menegaskan, kegiatan simulasi ini sebagai bentuk pembelajaran nyata bagi peserta didik dan pengelola Sekolah Rakyat.
“Kami ingin memastikan ketika bencana terjadi, civitas Sekolah Rakyat mampu bertindak cepat, tenang, dan sesuai prosedur penyelamatan. Kesiapan adalah kunci untuk mengurangi risiko korban,” ujar Iyan, Kamis, 6 November 2025.
SRMA 14 Kabupaten Bandung Barat menjadi model nasional Sekolah Rakyat Aman Bencana, yang diharapkan dapat direplikasi di 166 titik Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia, terutama di wilayah rawan bencana baik alam maupun sosial.
Kesadaran terhadap ancaman bencana penting dibangun karena Indonesia merupakan negara dengan risiko bencana tinggi mulai dari gempa bumi, banjir, tanah longsor, hingga kebakaran.
Sektor pendidikan turut menghadapi ancaman serius, termasuk 166 Sekolah Rakyat Rintisan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dengan tingkat kerentanan yang berbeda-beda.
Penyusunan dan pelaksanaan panduan SRAB dilakukan melalui kemitraan antara Kemensos, BNPB, BMKG Bandung, Unicef, YKMI, IPSPI, Rumah Zakat, Yayasan Adaptasi Bencana Indonesia (YABI), Disaster Management Centre Dompet Dhuafa (DMC DD), Tagana, PREDIKT, dan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI).
Kegiatan simulasi ini menandai implementasi perdana setelah penandatanganan resmi Panduan Pelaksanaan Sekolah Rakyat Aman Bencana (PPSRAB) oleh Menteri Sosial Saifullah Yusuf.
Simulasi merupakan tahapan kedelapan dari rangkaian kegiatan kesiapsiagaan SRAB yang telah berlangsung sejak September 2025. Tahapan tersebut meliputi diskusi bersama stakeholder tingkat pusat dan daerah, penyusunan panduan pelaksanaan SRAB (PPSRAB), sosialisasi draf panduan, pemetaan risiko bencana, bimbingan teknis bagi unsur Sekolah Rakyat, rapat koordinasi terpadu, gladi bersih dan pengecekan jalur evakuasi, dan simulasi penyelamatan.
BERITA TERKAIT: