Dalam wawancara dengan BBC, kuasa hukum Macron, Tom Clare, menegaskan betapa seriusnya kasus ini bagi pasangan nomor satu di Prancis. Bahkan membuat Brigitte sangat resah dengan tuduhan itu. Isu ini membebani pikirannya dan juga Presiden Macron.
Tuduhan soal gender Brigitte memang telah lama menjadi bahan spekulasi di dunia maya. Namun, langkah Macron membawa perkara ini ke pengadilan menandai kesungguhan mereka melawan kabar bohong yang dianggap telah melampaui batas.
Fenomena ini pun menuai respons di Indonesia. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi, menilai kasus yang menimpa Brigitte mencerminkan perubahan besar dalam iklim politik global.
“Jika rakyat sudah muak, bahkan isteri presiden pun digugat jenis kelaminnya. Era terkini, di mana budaya feodal dan privilege bagi pejabat tinggi sudah tidak lagi menjadi wilayah sakral,” ujarnya lewat akun X, sepeti dikutip redaksi di Jakarta, Jumat, 19 September 2025.
Menurut Islah, ini menjadi pelajaran penting bagi para elite politik di berbagai negara bahwa rakyat tidak lagi menaruh rasa hormat yang berlebihan kepada simbol-simbol kekuasaan, kecuali bagi pemimpin yang benar-benar berpihak kepada kepentingan publik.
“Pelajaran penting bagi kaum ‘totet-tetot’,” sindir Islah, merujuk pada elite tanah air yang gemar menggunakan sirene saat mengurai kemacetan di jalanan Ibu Kota.
Kasus Brigitte Macron pun kini tak hanya menjadi isu pribadi keluarga Macron, melainkan juga cermin dinamika zaman yaitu ketika ruang publik semakin terbuka dan segala hal bisa dipersoalkan tanpa pandang bulu, bahkan terhadap istri seorang presiden.
BERITA TERKAIT: