“Yang dilakukan awalnya menimbulkan harapan karena pemimpin dikesankan bekerja untuk rakyat. Tetapi yang namanya dramaturgi selalu ada panggung depan dan panggung belakang,” ujar Rhenald, lewat kanal YouTube miliknya, seperti dikutip redaksi di Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025.
Menurutnya, publik sering terkecoh oleh pertunjukan di panggung depan yang disorot media dan kamera, sementara perilaku di panggung belakang jarang terbaca.
“Kita sering terkecoh karena yang di depan panggung kita anggap itu dunia yang realitas. Sementara di belakang panggung tidak pernah kita ketahui,” jelasnya.
Rhenald menegaskan bahwa fenomena dramaturgi kini banyak digunakan oleh tokoh publik. Ia mengingatkan bahwa pemimpin seharusnya bekerja untuk rakyat dengan perencanaan matang, bukan mencari sensasi.
“Tokoh publik harus kita dorong akan bekerja untuk masyarakat, bukan menciptakan dikotomi keributan. Tetapi selalu memberikan rencana yang matang, panggil evaluasi, mobilisasi, gunakan anggaran sebaik-baiknya. Bukan spontan, bukan teriak-teriak, bukan cari panggung, bukan cari applause, tetapi dengan rencana yang baik,” tegasnya.
Ia juga menilai Noel telah memainkan simbol-simbol bahkan saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memamerkan para tersangka di hadapan media. Noel seolah menyesal dengan tiba-tiba menangis, tapi di sisi lain terkesan menantang karena mengepalkan tangannya.
“Noel telah memainkan dramaturgi. Demikian pula banyak pejabat publik yang telah melakukan itu. Betapa tertipunya kita kalau kita tidak membuka tabir rahasia ini,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: