Untuk itu, tidak salah jika akar rumput menginginkan dilakukan Munaslub untuk pergantian ketua umum (Ketum).
Menurut Direktur Pusat Riset Politik, Hukum, dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, upaya pendongkelan Bahlil tidak bisa diremehkan. Karena dalam sejarah Golkar, riak-riak kecil akhirnya berkembang menjadi besar.
"Kita harus melihat fakta sejarah, bahwa Golkar partai yang dinamis dan tidak dimiliki oleh orang perorangan. Sekecil apapun riak-riak yang terjadi di Golkar bisa menggulingkan ketua umum," kata Saiful kepada
RMOL, Selasa, 18 Februari 2025.
Saiful menilai, kegaduhan yang dibuat Bahlil cukup beralasan untuk mengevaluasi, bahkan untuk menggulirkan Munaslub karena dianggap tidak kompeten dalam menjalankan roda organisasi, bahkan untuk masalah terkecil mengelola kementerian yang dipimpinnya.
"Kebijakan LPG 3 Kg yang kontroversial membuat kader Golkar ragu terhadap kepemimpinan Bahlil, sehingga wajar jika ada keinginan untuk mengganti Bahlil demi untuk menjaga marwah partai," kata Saiful.
Akademisi Universitas Sahid Jakarta ini melihat, dalam sejarah, Golkar selalu tegak lurus kepada penguasa, sehingga tidak mungkin kegaduhan akibat ulah Bahlil dapat dipertahankan, mengingat Golkar selalu membuat teduh pemerintahan bukan malah membuat gaduh.
"Saya kira Munaslub wajar dimunculkan sebagai opsi, karena jangan sampai Golkar justru membuat kacau pemerintahan, karena tidak mungkin Golkar akan menjadi beban pemerintahan," pungkas Saiful.
BERITA TERKAIT: