Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Riyatno, dalam seminar nasional Kahmi dengan Tema "Transformasi Birokrasi dan Good Governance Untuk Indonesia Keluar Dari Middle Income Trap" di Hotel Manhattan, Jakarta Selatan, Rabu, 12 Februari 2025.
"Alhamdulillah, pertumbuhan investasi kita baik dari dalam maupun luar negeri terus meningkat setiap tahun," ujar Riyatno.
Ia menjelaskan bahwa investasi yang masuk tidak hanya sekadar pembangunan pabrik atau proyek infrastruktur, tetapi juga membawa dampak luas atau
multiplier effect bagi perekonomian daerah.
"Kehadiran investor di suatu wilayah dapat mendorong berbagai sektor lain seperti transportasi, perumahan, hingga penyediaan makanan dan jasa lainnya," jelasnya.
Lebih lanjut, Riyatno mengungkapkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan negara-negara G20 maupun ASEAN.
Saat ini, Indonesia menjadi salah satu tujuan utama
foreign direct investment (FDI) global. Menduduki peringkat ke-18 dunia dan peringkat kedua di ASEAN.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen seperti yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia membutuhkan investasi senilai Rp13.032 triliun selama periode 2025-2029.
"Berdasarkan kajian Bappenas, proyeksi pertumbuhan ekonomi 8 persen ini memerlukan investasi yang besar, baik dari dalam negeri maupun asing," tuturnya.
Dengan tren investasi yang terus meningkat dan kebijakan yang mendukung, Indonesia optimistis dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam beberapa tahun mendatang.
BERITA TERKAIT: