Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menteri Bahlil Siapkan Kepmen Wajibkan Eksportir Batubara Gunakan HBA

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Senin, 10 Februari 2025, 13:25 WIB
Menteri Bahlil Siapkan Kepmen Wajibkan Eksportir Batubara Gunakan HBA
Ilustrasi/Net
rmol news logo Meskipun Indonesia masuk jajaran negara penghasil batubara terbesar di dunia, nyatanya bukan menjadi penentu harga dunia. Akibatnya, ekspor batubara asal Indonesia dihargai murah.

Realitas itu mengusik Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Dia pun ancang-ancang membuat aturan baru soal harga ekspor batubara.

Nantinya, eksportir batubara wajib menggunakan HBA (Harga Batubara Acuan) sebagai patokan, saat menjualnya ke luar negeri. Selama ini, eksportir menggunakan harga batubara dunia yang cenderung murah.

"Tidak dalam waktu lama lagi, kami akan mempertimbangkan untuk membuat Keputusan Menteri agar harga HBA itulah yang dipakai untuk transaksi di pasar global," ujar Menteri Bahlil dalam keterangan tertulis, Senin 10 Februari 2025.

Adapun saat ini, HBA pada Januari 2025 ditetapkan 124.01 Dolar AS per ton. Lebih tinggi ketimbang patokan harga batubara dunia. Misalnya, acuan Newcastle pada Januari 2025 mencapai 116,79 Dolar AS per ton.

Bahlil berharap, seluruh eksportir batubara nasional mengikuti kebijakan tersebut. Bagi yang melanggar, Kementerian ESDM tak segan untuk mencabut perizinan ekspornya.

"Kalau tidak mau, kita ambil izin ekspornya. Kira-kira begitu. Masak harga batubara negara kita dibuat lebih murah ketimbang negara lain," katanya.

Selama ini, harga batubara di Indonesia mengacu kepada sejumlah indeks. Salah satunya adalah Indonesia Coal Index (ICI).

Bahlil mencatat Indonesia sendiri mengekspor batubara sebanyak 555 juta ton sepanjang tahun 2024. Jumlah tersebut meningkat setiap tahunnya.

Sedangkan total penggunaan batubara dunia, mencapai 8-8,5 miliar ton. Namun, yang beredar di pasar global hanya 1,5 miliar ton. Artinya, masih ada defisit alias kekurangan yang cukup besar. Antara 7-7,5 miliar ton.

Mencermati data ini, Bahlil meyakini Indonesia seharusnya bisa mengeruk untung besar dengan menjadi negara penentu harga batubara dunia.

"Misalnya kita buat pengetatan ekspor. Tapi sampai sekarang, kan belum. Kalau harga kita ditekan terus, tidak menutup kemungkinan kita berpikir lain," tandasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA