Warga bernama Effendi itu, tiba-tiba menyelinap mendekati Bahlil dan langsung memprotes sambil membawa tabung LPG 3 Kg.
"Jangan bikin kebijakan yang menyusahkan warga," pintanya.
Effendi mengaku tak masalah soal harga, namun stok barang harus tetap ada.
Bahlil langsung menjelaskan melalui dialog dengan orang yang memprotes.
"Saya juga sebagai rakyat. Bapak, niat saya itu baik, karena subsidi kita Rp87 triliun per tahun tujuannya agar masyarakat mendapatkan harga Rp19 ribu, tapi yang terjadi sebagian digunakan untuk industri, harganya dinaikkan 25-30 ribu," kata Bahlil.
Di depan Effendi pun, Bahlil mengungkapkan, pemerintah wajib memberikan subsidi tepat sasaran terhadap warga.
"Bapak tidak perlu khawatir, sekarang pengecer kita naikkan statusnya menjadi sub pangkalan supaya lebih dekat dengan bapak-bapak dengan harga tetap Rp 19 Ribu, atau maksimal Rp20 Ribu, supaya bisa negara kontrol," kata Bahlil.
Menjawab penjelasan Bahlil, Effendi pun kembali mempertanyakan peran pemerintah dalam menegakkan hukum terhadap pelanggar, seperti penimbun gas subsidi hingga penyalahgunaan.
Sebab, kebijakan yang membuat kelangkaan LPG 3 Kg sangat menyengsarakan warga menengah ke bawah.
"Saya sekarang lagi masak pak, saya tinggal demi antre gas doang," ujar Effendi di depan muka Bahlil.
Effendi pun sampai menganalogikan kelangkaan gas dan menghubungkannya dengan kebutuhan makan keluarganya
"Bukan masalah ambil gasnya, anak kami lapar pak, butuh makan, butuh kehidupan pak, loginya berjalan dong pak!" teriak Effendi.
Amarah warga tersebut pun coba diredakan oleh sejumlah pengawal Bahlil juga petugas kepolisian di lokasi.
BERITA TERKAIT: