Uniknya, sama seperti Pilkada Ngawi 2019, dalam pesta demokrasi tahun ini, Ony-Riyanto kembali melawan kotak kosong.
Ony-Riyanto diusung 12 partai politik, yakni PKB, Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Gelora, PKS, Partai Hanura, PAN, Partai Demokrat, Partai Perindo, dan PPP.
Peneliti LSI Ngawi, Agus Fathony alias Atonk mengatakan, ada tiga alasan kenapa Ony-Riyanto dua kali melawan kotak kosong.
"Antara lain karena kehadiran kandidat itu sendiri memang tidak ada yang daftar," kata Atonk dikutip dari
Kantor Berita RMOLJatim, Senin (7/10).
Selain itu, lanjut Atonk, keberadaan partai politik dan kemauan masyarakat yang merasa adem ayem dipimpin Ony-Riyanto.
Masih lanjut Atonk, antara Ony-Riyanto dengan masyarakat punya kedekatan yang maksimal. Artinya selama memimpin, Ony maupun Riyanto mampu berkomunikasi dengan masyarakat melalui program kerjanya.
"Hal itu dapat dilihat dari kemajuan ekonomi dan capaian para petaninya," demikian Atonk.
BERITA TERKAIT: