Demikian penegasan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/9).
"Bayangkan saja, gabah yang dijual petani hanya dihargai Rp6 ribu per kilogram. Setelah diolah dan dikemas, dijual dengan mengikuti harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Bapanas cukup tinggi. Lebih dari Rp15 ribu per kilogram," kata Henry.
Henry mengatakan, SPI sudah berkali-kali mengkritik kebijakan Bapanas tapi tidak pernah ada perubahan sama sekali.
"Saya kira Kepala Bapanas memang harus diganti. Dia harus bertanggung jawab," kata Henry.
Henry berharap pemerintahan Prabowo Subianto memilih figur yang anti neoliberalisme untuk memimpin Bapanas. Sosok yang benar-benar paham sektor pertanian dan berpihak kepada petani.
Menurut Henry, tata kelola perberasan nasional sebaiknya diserahkan kepada industri kecil dan koperasi. Bukan membuka ruang sebebas-bebasnya kepada kapitalis bermodal besar.
Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Ketum Perpadi), Sutarto Alimoeso mengatakan, mahalnya beras di Indonesia karena panjangnya rantai pasok.
Belum lagi sulitnya petani mendapatkan kebutuhan pupuk hingga benih unggulan.
"Petani yang bekerja 4 bulan sudah mendapatkan pupuknya susah, mendapatkan benih yang berkualitas juga susah, sehingga ada yang beli melalui online, online kualitasnya tidak jelas. Yang begini harusnya dikontrol, sehingga produktivitas terganggu," kata mantan Direktur Utama Perum Bulog itu.
BERITA TERKAIT: