Bamsoet mengatakan, hal itu bertujuan agar soliditas partai tetap terjaga serta menghindari dinamika yang bisa membuat retak Partai Golkar usai mundurnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pekan lalu.
"Keutuhan dan soliditas Partai Golkar merupakan yang utama. Dinamika yang terjadi di Partai Golkar dengan mundurnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar harus disikapi dengan bijak," kata Bamsoet di JCC Jakarta, Senin (19/9).
Menurut Bamsoet, diperlukan kesadaran kolektif yang harus dibangun seluruh kader Partai Golkar untuk bersama menyelamatkan Partai Golkar.
Bamsoet menjelaskan, sebelum Airlangga Hartarto mundur sebagai Ketum DPP Partai Golkar, dirinya bersama Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bahlil Lahadalia, sepakat akan maju sebagai calon Ketum Partai Golkar guna bertarung dengan Airlangga Hartarto sebagai petahana.
Agus Gumiwang sendiri setelah ditunjuk sebagai Plt Ketum Partai Golkar telah menyatakan diri tidak akan maju sebagai calon Ketum Partai Golkar.
"Melihat situasi politik yang berubah total, saya, Agus Gumiwang dan Bahlil Lahadalia telah berembuk dan sepakat untuk mendukung salah satu dari kita sebagai Ketum Partai Golkar," kata Bamsoet.
Hasilnya, Bamsoet dan Agus Gumiwang sepakat mendukung Bahlil Lahadalia sebagai Ketum Partai Golkar periode 2024-2029.
"Dalam Munas XI Partai Golkar nanti, kemungkinan besar akan memilih Bahlil Lahadalia secara aklamasi," kata Bamsoet.
BERITA TERKAIT: