Pendapat itu didasarkan pada rekam jejak, aktivitas, dan latar belakang kedua sosok potensial ini. Ijeck lebih banyak sisi positifnya dari ketiga unsur di atas. Track record bagus, aktivitasnya selalu dekat dengan masyarakat, terakhir latar belakang keluarganya juga banyak dicintai oleh rakyat Sumut.
"Ijeck ini lebih dicintai masyarakat Sumut. Track recordnya semua orang tahu bagus, aktivitas kesehariannya selalu dekat dengan anak muda; gemar beribadah; dekat dengan lintas agama dan etnis, terakhir semua orang tahu kedermawanan keluarganya. Ketiga hal ini tidak sebanding dengan Bobby," ungkap pengamat media Ahmad Maulana, Rabu (3/4).
Maulana kemudian menanggapi isu belum bulatnya keputusan DPP Partai Golkar untuk mengusung Ijeck menjadi Gubernur. Menurutnya, Golkar akan salah langkah bila mengusung Bobby hanya karena pertimbangan menantu Presiden. Kebencian rakyat Sumut akan membuncah.
"Sekarang ini muncul meme yang menggambarkan kehawatiran itu. Ada wajah Ijeck, tulisannya 'Save Golkar Sumut', 'Musa Rajekshah Satu-Satunya Calon Gubernur', dan seterusnya. Ini penanda ada sesuatu di internal Golkar. Kalau sempat Bobby yang dicalonkan, lihat saja Golkar akan dihujat se-Sumatera Utara," tambahnya.
"Saran saya DPP Golkar harus mengutamakan kader sendiri. Apalagi Ijeck sebagai Ketua DPD sudah terbukti meningkatkan suara dan membuat Golkar menjadi pemenang di Sumut. Ini lebih fair dan citra Golkar semakin bagus. Bobby tetap di Wali Kota Medan aja, atau wakilnya Ijeck juga bisa," tutup Maulana.
Diketahui Ijeck berhasil membuat Golkar menjadi pemenang di Sumut. Kursi DPRD Provinsi meningkat dari 15 kursi menjadi 22 kursi. Sedangkan DPRD Kabupaten/Kota naik dari 184 menjadi 208 kursi. Kemudian DPR RI dari hanya 4 kursi di 2019, kini menjadi 8 kursi di 2024.
Dinamika Pilgub Sumatera Utara kini masih terus bergulir. Ini menjadi perhatian nasional sebab masih menyangkut keluarga Presiden Jokowi.
BERITA TERKAIT: