Legislator dari Fraksi PDIP ini menuturkan harga beras mulai liar dan tak terkendali. Hingga saat ini belum ada kecenderungan untuk turun.
"Bahkan di NTT ada sampai Rp18 ribu, medium. Yang premium juga demikian, yang premium banyak yang kosong di outlet-outlet minimarket," kata Aria Bima di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Senayan, Selasa (5/3).
Aria Bima mengatakan di sejumlah negara di Asia seperti Vietnam, Thailand dan India sudah tidak lagi menggunakan kebijakan
bussiness to bussiness (B to B) untuk impor beras, tapi memakai konsep
government to government (G to G).
"Itu tandanya bahwa situasi perberasan dunia, atau krisis pangan dunia tanda-tandanya akan terjadi. Karena faktor musim, atau karena situasi yang lain," ungkapnya.
Oleh sebab itu, pihaknya meminta pimpinan DPR RI untuk menyelamatkan perut 270 juta rakyat Indonesia. Terlebih saat ini sudah memasuki bulan suci Ramadan.
"Untuk menyelamatkan perut 270 juta rakyat Indonesia ini, kita tidak main-main. Maka tadi saya meminta pimpinan DPR RI, harus menggunakan instrumen pengawasan untuk betul-betul menyelamatkan perut rakyat," tegas dia.
"Apalagi kalau dulu kebiasaan defisit produksi beras atau suplai beras kita bersandar pada pangan impor," tutupnya.
BERITA TERKAIT: