Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza mengatakan, berkaca dari debat pertama, baik Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan, Nomor Urut 2 Prabowo Subianto, dan Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo, sama-sama punya isu yang sengaja diangkat untuk menarik perhatian publik.
"Sepertinya, Anies merasa unggul karena bisa membela dalam kasus KM50, Kanjuruhan, uneg-uneg atas demokrasi saat ini, dan diuntungkan pertanyaan soal polusi dan IKN karena bisa menjelaskan situasinya, gagasannya, dan apa yang telah dikerjakannya," ujar Efriza saat dihubungi
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (15/12).
Sedangkan Ganjar, Efriza mengamati penyampaian capres usungan PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura itu berkutat pada isu yang dia kuasainya. Kemudian masih terkait ideologi partainya.
"Dia (Ganjar) menyampaikan perhatian pada agenda Reformasi, menunjukkan dalam komentarnya bahwa ia pemimpin yang turun ke lapangan dengan mendengar curhat masyarakat, serta menyampaikan janjinya untuk 1 desa, 1 puskesmas, 1 nakes, dan internet gratis," urainya.
Sedangkan Prabowo, di debat capres pertama mengangkat isu terkait kebangsaan dan keberlanjutan pembangunan yang dikerjakan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Meskipun melelahkan bagi Prabowo karena temanya tidak menguntungkan dirinya, tetapi ia masih bisa menunjukkan dirinya loyal dan pembela pemerintah dari dua capres yang memang menarasikan mengkritisi pemerintah," tutur Efriza.
"Prabowo juga dapat menunjukkan dirinya sebagai mantan militer selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan dari negeri ini," tambahnya.
Maka dari itu, dosen ilmu pemerintahan Universitas Pamulang Unpam) itu meyakini, strategi masing-masing capres dalam mengangkat isu punya pangsa pasar pemilihnya sendiri-sendiri, termasuk mempengaruhi undecided voters yang dicatat lembaga survei mencapai 27 persen ke atas.
"Jadi strategi masing-masing capres akan menentukan, sejauh mana mereka bisa mempengaruhi pemilih mencoblos," demikian Efriza menambahkan.
BERITA TERKAIT: