Hal itu disampaikan analis politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga ketika berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (5/11).
Jamiluddin berpendapat, jika ingin mempertahankan kekuasaannya, Presiden Jokowi tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, termasuk mengganti Kepala BIN Budi Gunawan dengan orang kepercayaannya.
"Pergantian kepala BIN itu tentunya akan merugikan Jokowi. Sebab Jokowi tetap berkeinginan mempertahankan kekuasaan hingga berakhir mulus pada Oktober 2024," kata Jamiluddin.
"Karena itu, kecil kemungkinan Jokowi mengganti Budi Gunawan dalam waktu dekat ini," sambungnya.
Jamiluddin memprediksi Jokowi mengambil langkah mengalah dengan tidak terburu-buru mengganti Budi Gunawan.
"Kalau Jokowi tetap mengganti Budi Gunawan, berarti Jokowi sudah irrasional. Jokowi sudah nekat, tanpa perhitungan politis yang matang," kata Jamiluddin.
Dari kaca mata Jamiluddin, Jokowi bukanlah tipe orang yang nekat mengganti struktur lembaga negara untuk mempertahankan kekuasaannya.
"Jokowi tak ingin menggusur orang dengan cara kasar. Karena itu, Jokowi hanya akan mengganti Budi Gunawan bila ada dasar yang kuat. Tanpa itu, tampaknya Budi Gunawan akan tetap dipertahankan," tutupnya.
BERITA TERKAIT: