Megawati menegaskan, kedaulatan pangan merupakan semangat yang digaungkan sejak era Presiden pertama RI, Soekarno. Bahkan ideologi politik marhaenisme di PDIP terlahir dari dialog Bung Karno dengan seorang petani asal Jawa Barat bernama Marhaen.
Dialog tersebut terjadi saat Bung Karno masih berada di masa perjuangan, tepatnya di Bandung, Jawa Barat dan bertemu Marhaen. Bung Karno menanyakan soal kepemilikan lahan sawah hingga benih yang ditanam Marhaen.
"Ketika panen, nanti bapak akan menjual sesuai kehendak bapak? (dijawab Marhaen) 'Iya'," ujar Megawati menirukan dialog antara Bung Karno dan Marhaen.
"Apakah dalam kecukupan (hidup) bapak cukup (hanya dari hasil pertanian)? 'Iya, tetapi saya tidak bisa memberikan tambahan kepada orang lain'," sambung Megawati.
Dialog tersebutlah yang melahirkan ideologi Marhaenisme dan dipegang oleh PDIP dalam mewujudkan kemakmuran rakyat.
Untuk memvalidasi keberadaan Marhaen, Megawati pun menawarkan kepada Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin untuk mengunjungi makam petani Marhaen di Bandung, Jawa Barat.
"Ini yang saya ingin kenalkan, Bapak Presiden, Bapak Wakil Presiden. Kalau mau tahu, supaya jangan ada prasangka, makamnya (Marhaen) itu ada. Silakan cari di Kampung Cipagalo Bandung, itu bukan omong kosong," tegas Megawati di depan Presiden Jokowi.
Adapun maksud Bung Karno dalam mengenalkan Marhaenisme yang kini menjadi ideologi PDIP, adalah mewujudkan kemakmuran rakyat dari Sumber Daya Alam (SDA) dalam negeri, bukan mengimpor bahan pangan dari luar negeri.
"Maksud Bung Karno mengenalkan marhaenisme, seluruh rakyat Indonesia, petani, nelayan menjadi sebuah sokoguru, memberi pelajaran bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia," tegas Megawati disambut tepuk tangan hadiri di Rakernas IV PDIP.
BERITA TERKAIT: