"Posisi Presiden itu, tidak senyaman yang dipersepsikan. Ada tanggung jawab besar yang harus diemban. Banyak permasalahan rakyat yang harus diselesaikan dan dengan adanya media sosial seperti sekarang ini. Apapun, apapun bisa sampai ke Presiden," ungkap Jokowi.
Presiden dua periode ini mengatakan seluruh limpahan kekesalan masyarakat kepadanya telah sampai ke telinganya, dari amarah rakyat hingga ejekan kepadanya.
"Mulai dari masalah rakyat di pinggiran sampai kemarahan, ejekan, bahkan makian dan fitnahan. Bisa dengan mudah disampaikan," ujarnya.
"Saya tahu ada yang mengatakan Saya ini bodoh,
plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Fir’aun, tolol. Ya nda apa, sebagai pribadi saya menerima saja," jelasnya.
Jokowi mengaku sedih lantaran budaya budi pekerti luhur bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur lantaran bebas mengutarakan kalimat kurang sopan secara terbuka.
"Tapi yang membuat saya sedih budaya santun budi pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang? Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia," katanya.
"Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut," imbuhnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik.
"Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa. Menuju Indonesia Maju. Menuju Indonesia Emas 2045. Ini yang bolak balik saya sampaikan di setiap kesempatan," tutupnya.
BERITA TERKAIT: