Menyikapi itu, untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, rakyat harus melakukan "perlawanan".
Pernyataan itu disampaikan Koordinator Gerakan Selamatkan Indonesia, Ratna Sarumpaet, saat jumpa pers di kediamannya, Kampung Melayu Kecil V/24, Bukitduri, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (8/8).
“Cita-cita (China) mengambil alih negara ini sudah lama. Dan itu akan benar-benar terjadi kalau Indonesia tidak melakukan perlawanan,” tegasnya.
Pengaruh China, sambung dia, telah merongrong martabat Indonesia melalui ketergantungan dalam investasi dan kerja sama politik. Faktor utama yang paling mempengaruhi adalah amandemen UUD 1945 pada 2002.
“Kehancuran bangsa ini bermula dari penghianatan mendurhakai UUD 45 dan dilenyapkannya Pancasila dari Batang Tubuh UUD 45 asli. Keadaan makin buruk dengan lahirnya presiden produk dari “UU Durhaka (UUD)”. Dia seperti manusia yang tak mau tau aturan dan tanpa haluan. Ia membawa kapal besar bernama Indonesia sesuka hati, tidak peduli apa yang ia lakukan bisa menenggelamkan bangsa,” urainya.
Atas dasar itu, aktivis senior itu mendesak agar konstitusi negara dikembalikan ke bentuk aslinya, UUD 1945. Ia juga mengajak rakyat Indonesia bersatu mewujudkan tujuan itu.
“Sistem pemerintahan kita juga gak jalan, jadi rakyat harus bersatu, jangan terpancing adu domba. Setiap jengkal tanah untuk rakyat indonesia, jangan sibuk bertengkar dengan hal-hal emosional. Itu harga mati, mari kembali ke UUD 45,” tandasnya.
Berdasar data Kementerian Ketenagakerjaan jumlah TKA asal China yang bekerja di Indonesia sebanyak 42,82 ribu per Juni 2022, berarti mencapai 44,34 persen dari total TKA yang bekerja di Tanah Air.
Jumlah itu, kata Ratna lagi, merupakan yang terbesar dibanding TKA asal negara lain.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: