Antara lain ditunjukkan mulai dari memberi sinyal dukungan terhadap Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, hingga mengupayakan terbentuknya Koalisi Besar pendukung pemerintah, dengan mengumpulkan para ketua umum Parpol di Istana Negara.
Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Sabtu (6/5).
“Ada kesan menonjol bahwa Jokowi mengkhawatirkan Anies, sehingga siapapun tokoh yang muncul akan didukung, selama bukan Anies. Untuk itu dia promosikan Prabowo dan Ganjar, lalu ambisius membangun Koalisi Besar, agar kepastian menang lebih besar,” kata Dedi.
Di sisi lain, pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai, bagaimanapun ada trauma pada Jokowi, seperti saat Pilkada DKI Jakarta 2017 yang mengusung Basuki Thahaja Purnama (BTP) dan Djarot Saiful Hidayat, dikalahkan pasangan Anies Baswedan-Sandi Uno.
“Jadi, bisa saja Jokowi khawatir mengulang kekalahan di DKI Jakarta, seperti saat mendorong BTP dan Djarot,” kata Dedi.
Meski begitu Dedi meyakini, hal yang paling penting bagi Jokowi adalah mempertahankan kekuasan di 2024, agar setelah purna tugas tidak diungkit kinerjanya yang dinilai bermasalah dalam banyak kebijakan.
“Lebih khawatir lagi jika kinerja Jokowi yang potensial bermasalah akan diungkit presiden berikutnya,” pungkasnya.
BERITA TERKAIT: