Tidak sendirian, Ganjar berkunjung bersama Politikus PDIP Rano Karno beserta beberapa pengurus DPP dan DPC PDIP di Banten. Dia melihat kisah perjuangan sastrawan Belanda, Eduard Douwes Dekker atau Multatuli yang mengkritik perlakuan buruk penjajah atas masyarakat Indonesia di Banten.
Museum Multatuli adalah bangunan yang meninggalkan jejak antikolonialisme dan sejarah masyarakat Banten melawan penjajahan di Provinsi yang pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanegara ini.
Di tempat itu, Ganjar juga mempelajari perjuangan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno alias Bung Karno yang turut terekam dalam museum tersebut.
Ganjar menjelaskan, pada tahun 1957 silam, Bung Karno memberikan orasi kepada masyarakat Banten di Lapangan Rangkasbitung. Kala itu Bung Karno membakar semangat persatuan masyarakat dalam bingkai Demokrasi Terpimpin.
Saat itu, sambungnya, Bung Karno menunjukkan wajah seorang pemimpin dengan gagasan yang mempersatukan. Dia membayangkan bagaimana Bung Karno mempersatukan pemikiran dan ide-ide masyarakat Banten yang kala itu berbeda.
“Maka 57 saja pasca merdeka terjadi situasi yang naik turun setelah Indonesia lahir itu. Orang pasti kepingin kelompok kami lebih dulu, orang pasti kepingin interest kami lebih dulu yang kalau kemudian itu tidak terkelola dengan baik, maka pasti terjadi cakar-cakaran,†kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/4).
Ganjar menjelaskan, pada orasinya Bung Karno memaparkan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan. Dengan nilai-nilai tersebut, Bung Karno menciptakan hubungan berwarganegara yang baik antar masyarakat.
“Maka betapa pentingnya persatuan itu menurut Bung Karno hari ini juga dibutuhkan. Jadi jangan sampai kita tercabik-cabik karena kita diadu domba," katanya.
Dalam safari politiknya itu, Ganjar juga menghadiri halal bihalal dan silaturahmi bersama ribuan ulama beserta pimpinan pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten.
BERITA TERKAIT: