Dalam pandangan Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi, dari momen di Kebumen itu, bisa memunculkan berbagai kemungkinan soal peluang memasangkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Kuncinya, ada pada keputusan PDIP dan Partai Gerindra.
“Tergantung konstelasi di tingkat elite dan konstelasi di tingkat massa keduanya,†ujar Burhanuddin kepada wartawan, Kamis (9/3).
Burhanuddin menguraikan, jika menjadikan hasil survei sebagai pertimbangan, maka Prabowo Subianto harus mengalah untuk menjadi cawapres. Sebab, elektabilitas Ganjar masih lebih baik dari Prabowo.
“Di tingkat elektoral, maka yang punya potensi menang itu Ganjar misalnya, karena elektabilitasnya lebih tinggi ketimbang Pak Prabowo. Maka Pak Prabowo yang harus mengalah sebagai cawapres,†pungkasnya.
Dalam simulasi survei, pasangan Ganjar-Prabowo tidak bisa disebut sebagai angin lalu saja. Seperti simulasi Charta Politika Indonesia pada akhir tahun 2022, menyebut elektabilitas Ganjar-Prabowo mencapai 45,3 persen.
Begitu juga simulasi Indonesia Polling Station (IPS) di akhir Februari lalu, menempatkan elektabilitas Prabowo-Ganjar tinggi, yakni mencapai 58,5 persen.
BERITA TERKAIT: