Dugaan
mark up itu, disuarakan anggota Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid. Dia menebutkan, salah satu penyebab biaya haji membengkak, karena banyak komponennya yang dengan sengaja di
mark up. Contohnya gelang haji.
Wachid yang merupakan politisi
Partai Gerindra, mengaku mendapat keterangan langsung dari para produsen gelang haji di kampung halamannya, Jepara, Jawa Tengah, bahwa biaya gelang haji hanya sebesar Rp 5.000. Namun, biaya yang dianggarkan oleh Kementerian Agama adalah sebesar Rp 30 ribu, atau lima kali lipat dari biaya sesungguhnya.
Soal tudingan itu, Menag Yaqut mengatakan, biaya Rp 5.000 hanya untuk produksi. Sementara, gelang yang diterima jamaah ada biaya lain seperti mencetak nomor paspor dan biaya pengiriman.
“Kan gak mungkin, gelang dari industri rumahan, katakan misalnya harganya Rp 5.000 sudah
include pencetakan nomer paspor dan informasi lain yang ada di gelang itu,†kata Menag Yaqut kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (10/2).
“Memasukkan informasi ke dalam gelang tersebut, biayanya dari mana? Menyampaikan ke jamaah pakai apa? Berbiaya nggak itu?†tegasnya lagi.
Menag Yaqut pun meminta agar siapapun berhati-hati dalam menyampaikan informasi yang masih belum jelas kebenarannya kepada publik.
“Makanya, kita ini harus hati-hati menyampaikan informasi kepada publik. Jangan disesatkan. Kasihan masyarakat,†tutupnya.
BERITA TERKAIT: