Pandangan itu disampaikan pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis2 (9/2).
Menurut Jamiluddin, Cak Imin tentu menginginkan kepastian, khususnya terkait dirinya yang memang sejak awal menginginkan cawapres.
"Kepastian itu diperlukannya untuk memastikan tetap tidaknya PKB bersama Gerindra dalam mengusung pasangan capres," kata Jamiluddin.
Di pihak Prabowo, kata Jamiluddin, tampaknya masih mengkalkulasi kelayakan Cak Imin menjadi cawapres. Kalkulasi itu diperlukan karena elektabilitas Cak Imin sangat rendah.
Dalam pandangan Jamiluddin, kalau pasangan Prabowo-Cak Imin dipaksakan, maka peluang menang sangat kecil. Hal itu tentu tidak dikehendaki Prabowo yang terobsesi harus menang pada Pilpres 2024.
Peluang kemenangan akan sulit didapat jika mendapuk Cak Imin sebagai pasangan Prabowo.
"Prabowo pastinya tidak mau kalah
hattrick. Karena itu, ia pasti mencari cawapresnya yang berpeluang besar dapat menambah suara signifikan," tandas Jamiluddin.
Di sisi lain, Prabowo akan dihadapkan pilihan sulit karena jika mencari cawapres lain, Cak Imin akan meradang dan PKB berpeluang meninggalkan Gerinda.
"Jadi, Prabowo menerima Cak Imin jadi cawapres seperti simalakama. Hal itu kiranya yang membuat Prabowo hingga kini belum merespons permintaan Cak Imin untuk deklarasi pasangan capres," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: