Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, keinginan pria yang karib disapa Cak Imin mengajak Golkar bergabung ke Koalisi Gerindra- PKB tentu hal yang wajar. Sebab, hingga saat ini koalisi yang terbentuk pada umumnya masih cair.
"Saat ini justru masing-masing koalisi dalam situasi rentan. Sebab, setiap koalisi sudah mulai membicarakan pasangan capres yang akan diusung," demikian pendapat Jamiluddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin malam (6/2).
Pandangan Jamiluddin, tarik menarik sesama partai politik di masing-masing koalisi akan terus menguat. Imbasnya, berpeluang menimbulkan ketidakpuasan diantara partai politik yang berkoalisi.
Saat kondisi demikian, itulah, Jamiluddin melihat akan membuka ruang partai politik akan keluar atau masuk ke koalisi tertentu.
"Hal itu tampaknya yang ingin dimanfaatkan Cak Imin untuk menarik Golkar ke Koalisi Gerindra-PKB," jelas Jamiluddin.
Jamiluddin kemudian menyampaikan ada dua kemungkinan terkait ajakan Cak Imin agar Golkar gabung koalisinya.
Pertama, kalau KIB bentukan Istana, maka peluang Golkar pindah ke koalisi Gerindra-PKB sangat besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan PAN dan PPP ikut bergabung.
Namun demikian, faktor kedua, apabila KIB bukan bentukan Istana, maka Golkar akan menolak tawaran Cak Imin. Golkar akan merasa lebih nyaman tetap bergabung di KIB.
"Golkar sebagai pemimpin di KIB, tentu akan sulit meninggal koalisinya. Golkar akan berupaya menciptakan KIB menjadi lebih kompetitif agar dapat menang pada Pilpres 2024," pungkas Jamiluddin.
BERITA TERKAIT: