Kegiatan ini bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-15 Partai Gerindra yang akan digelar di DPP Partai Gerindra besok, Senin (6/2).
Kedatangan Sekjen beserta rombongan disambut langsung oleh istri almarhum, Ibu Hardi. Muzani menyampaikan salam hormat untuk keluarga besar almarhum Prof Suhardi karena berhalangan hadir untuk bersilaturahmi.
"Perrmohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hardi dan keluarga besar almarhum Prof Suhardi. Beliau (Prabowo) berdoa mudah-mudahan keluarga besar almarhum Prof Suhardi diberikan kesehatan dan kekuatan oleh Allah SWT. Beliau (Prabowo) juga menyampaikan salam hormat untuk keluarga almarhum dan untuk kita semua yang ada di tempat ini," kata Muzani.
Di hadapan keluarga dan pengurus DPP Gerindra, Muzani bercerita bahwa rumah joglo milik almarhum menjadi saksi awal-awal pendirian Partai Gerindra. Pendopo ini, kata Muzani, menjadi titik awal tentang gagasan, pemikiran, dan pandangan dari almarhum dalam mendirikan sebuah partai politik yakni Partai Gerindra.
Diungkapkan Muzani, di rumah Joglo milik Suhardi, dia memikirkan tentang bagaimana berdirinya sebuah partai. Bukan hanya nama dan lambangnya, tetapi juga visi dan bagaimana pandangan-pandangannya ke depan.
"Di tempat ini dirumuskan dan kemudian pemikiran-pemikiran itu disampaikan kepada Pak Prabowo tentang hal-hal yang sudah diputuskan Pak Hardi," jelas Muzani.
Muzani sendiri bercerita bahwa dirinya baru mengenal sosok Prof Suhardi pada tahun 2007 saat melakukan kunjungan bersama Prabowo di Kalimantan Timur. Di situlah mereka diberikan tugas yakni Prof Suhardi sebagai Ketua Umum, Muzani sebagai Sekjen, dan Thomas Djiwandono sebagai Bendahara.
"Kami semua menatap wajah Pak Hardi. Karena di situ saya baru kenal beliau. Tapi karena ini sudah menjadi tugas, maka kami bilang ke Pak Hardi, semua akan kita bicarakan di Jakarta (tentang pendirian Partai Gerindra)," jelas Wakil Ketua MPR itu.
BERITA TERKAIT: