Dua buku yang diluncurkan itu merupakan hasil persembahan bersama dari para anggota Satupena, yang berjudul "Kenang, Kenanglah Kami yang Terbaring di Kanjuruhan" dan "Azyumardi Azra, Sang Intelektual Organik Yang Rendah Hati".
Menurut Satrio Aris Munandar, Sekretaris Jenderal Satupena, yang juga menjadi editor dalam buku Kanjuruhan ini mengatakan bahwa tragedi Kanjuruhan merupakan sebuah tragedi kemanusiaan yang menjadi catatan sejarah yang buruk.
Untuk itu, ia bersama anggota Satupena yang lain memutuskan untuk mempersembahkan buku ini untuk mengenang para korban Kanjuruhan yang meninggal dunia.
"Kanjuruhan bukan sekadar tragedi sepak bola, tetapi juga suatu tragedi kemanusiaan yang menggerakan seluruh dunia, hingga Raja Charles dan Paus menyampaikan duka citanya. Oleh karena itu teman-teman Satupena merasa tersentuh dan memutuskan untuk menulis catatan sejarah ini," ujar Satrio Aris Munandar dalam acara peluncuran buku.
Sementara itu, buku lainnya juga dipersembahkan oleh Satupena khusus untuk mengenang tokoh besarnya, Prof Azyumardi Azra yang menjadi Dewan Penasihat di lembaga ini.
Menurut editor dari buku tersebut, Swary Utami Dewi, Prof Azyumardi adalah salah satu tokoh terkemuka di Indonesia, bahkan dunia, yang sangat memiliki kerendahan hati, dan menjadi tokoh intelektual organik.
Menurutnya, kekritisan yang kerap kali disuarakan oleh Azyumardi telah menjadikan ia sebagai tokoh intelektual yang tidak bisa dibeli oleh apapun. Untuk itu banyak masyarakat yang merasa kehilangan atas kepergiannya.
"Karena saya sedih dan banyak orang yang sedih. Saya izin mengumpulkan tulisan dari 31 penulis yang ingin turut mengenang Prof Azyumardi Azra," ujarnya.
Sebagai sebuah persembahan, buku ini dibagikan secara gratis untuk publik dalam bentuk PDF, melalui tautan di bawah ini:
https://drive.google.com/drive/folders/1AXybwwrzzMalA4pJpYiKiEoCsv_4QOEc
Kedua buku tersebut ditulis oleh anggota Satupena yang telah memiliki nama, dan mempersembahkan karya tersebut untuk bisa diakses secara mudah oleh publik.
BERITA TERKAIT: