Dikatakan Pangi, dengan proporsional tertutup, calon legislatif (caleg) terpilih bakal jarang turun bersosialisasi untuk menyapa masyarakat secara langsung. Sebab, caleg terpilih bertanggung jawab langsung kepada partai bukan konstituen.
"Sumber kekuasaan bukan daulat rakyat, tapi daulat elite parpol,†ucap Pangi, Senin (9/1).
Selain itu, kata Pangi, sistem proporsional tertutup juga cenderung membuat caleg tidak mau bekerja keras untuk mengkampanyekan dirinya dan partai.
"Sebab mereka percaya yang bakal dipilih adalah caleg prioritas nomor urut satu, bukan basis suara terbanyak, itu artinya menurunkan persaingan antar kader internal caleg," imbuhnya.
CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting itu menambahkan, sistem proporsional tertutup cenderung kurang sesuai untuk partai baru dan partai kecil yang belum terlalu dikenal.
Dalam pandangan Pangi, sistem itu juga belum cocok untuk partai populis yang belum kuat dan belum tumbuh secara merata sistem kaderisasinya. Selain itu, sistem proporsional tertutup akan membuat penguatan oligarki di internal partai politik dan memungkinkan adanya pengutamaan kelompok dan golongan tertentu.
"Proporsional tertutup dikhawatirkan seperti memilih kucing dalam karung, pemilih banyak enggak kenal dengan daftar
list nama calegnya. Sebab pemilih tidak merasa dekat dengan pemilihnya,†demikian Pangi.
BERITA TERKAIT: