Hadapi Perlambatan Ekonomi Global, Daya Beli Masyarakat dan Konsumsi Domestik Harus Dijaga

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Rabu, 21 Desember 2022, 18:56 WIB
Hadapi Perlambatan Ekonomi Global, Daya Beli Masyarakat dan Konsumsi Domestik Harus Dijaga
Ilustrasi/Net
rmol news logo Tantangan ekonomi Indonesia ke depan masih akan terus datang silih berganti. Lembaga internasional mengoreksi proyek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semula diperkirakan mencapai 5,4 persen dan memangkasnya jadi 5 persen sebagaimana disebutkan Bank Pembangunan Asia (ADB).

Peneliti Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Andry Satrio Nugroho mengungkapkan, Indonesia punya pekerjaan rumah besar ke depan ketika ekonomi dunia dihadapkan pada ketidakpastian. Tugas itu yakni menjaga daya beli masyarakat dan konsumsi domestik.

"PR-nya adalah bagaimana menjaga daya beli masyarakat," tegas Andry, Rabu (21/12).

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung pada daya beli masyarakat. Artinya ketika daya beli masyarakat terjaga, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih berpeluang besar mampu menghadapi dampak pelambatan ekonomi global.

"Mereka bisa usaha tanpa terganggu oleh ketidakpastian pasokan bahan baku atau regulasi yang ada. Mungkin akan terdampak tapi dampaknya tidak terlalu besar," ujarnya.

Andry memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 juga tidak menyentuh angka 5 persen. Hal itu sedikit-banyak dipengaruhi oleh krisis pangan dan energi yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina.

"Kalau berbicara terkait target pertumbuhan ekonomi dari Indef angkanya 4,8 persen dan kita melihat beberapa lembaga internasional sudah menurunkan angka pertumbuhan ekonomi global," terangnya.

Kendati demikian, Indonesia masih bisa bernapas karena ekonomi Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekonomi global. Indonesia tidak menempati posisi utama dalam mata rantai pasok global.

"Tentunya Indonesia sebenarnya tidak terlalu terdampak karena salah satunya konektivitas dengan negara di luar Indonesia cenderung rendah. Artinya kita bisa melihat bisa menjadi bagian dari global supply chain itu juga masih rendah,” demikian Andry.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA