Hal itu ditegaskan oleh begawan ekonomi, Rizal Ramli (RR) dalam video yang diunggah dalam kanal YouTube Dr. Rizal Ramli berjudul "Rizal Ramli: Batalkan Kenaikan Harta BBM!!! Masih Ada Solusi Alternatif Tidak Tambah Beban Rakyat" yang diunggah pada Senin (5/9).
"Jadi ini sangat memprihatikan. Dan rakyat kita yang miskin itu kan masih banyak. Standar Indonesia soal kemiskinan juga sangat rendah," ujar RR.
RR menilai, iming-iming pemerintah dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan uang masyarakat yang disedot akibat kenaikan harga BBM tersebut.
"Barangkali hanya sekitar 10 persen lah. Nah, memang buat pejabat, presiden, bagus ini, karena punya kesempatan untuk bagi-bagi BLT gitu loh, seolah-olah rakyat senang, dukung. Padahal sebetulnya, rakyat tuh susah banget. Jadi, ini bukan cara yang efektif," kata RR.
RR menjelaskan, dampak dari kenaikan harga BBM adalah, inflasi makanan dipastikan akan mendekati 15 persen secara tahunan. Selain itu, biaya transportasi juga akan naik, dan harga-harga lainnya secara berantai juga akan mengalami kenaikan.
"Padahal ada cara supaya ini tidak terjadi," kata RR.
Cara yang pertama, dibeberkan mantan Menko Ekuin era Gus Dur ini, adalah meningkatkan efisiensi Pertamina. RR menghitung, jika dilakukan efisiensi Pertamina, maka bisa ditingkatkan 20 persen dengan memotong pengeluaran yang tidak perlu.
"Hitungan saya tuh dapat Rp 100 triliun, cukup itu untuk tidak menaikkan BBM. Nah yang kedua adalah, kan harga BBM di seluruh dunia sudah turun, dari 120 ke 90-an. Malaysia saja Petronas nurunin, masa kita naikin, tega banget sih ini, raja tega nih yang kuasa," terang RR.
Selanjutnya, kata RR, pemborosan anggaran yang paling besar adalah untuk membayar pokok, bunga, dan cicilan utang pemerintah.
"Itu pokoknya, cicilannya 1 tahun Rp 400 triliun tahun ini. Bunganya Rp 405 triliun. Total Rp 805 triliun yang harus dibakar. Kan ada yang ngomong nih, kaya bakar ini, 'BBM buat rakyat bakar uang'. Heh utang itu bakarnya lebih dahsyat lagi, itu anggaran hampir lebih dari sepertiga APBN," bebernya.
"Kenapa sih ini pemerintah canggih dikit kek kreatif dikit, negosiasi dong, restrukturisasi utang itu, sehingga beban bunga itu bisa dikurangi Rp 200 triliun minimal, sehingga nggak perlu naikkin BBM," imbuhnya.
Hal-hal semacam itu, sambungnya, terjadi karena pemerintah tidak mau berpikir kreatif dan memilih mengambil jalan pintas dengan menaikkan harga BBM.
"Ini pemerintah yang gak kreatif, semua kesalahan hitung mereka, perkiraan mereka kan juga amanah rakyat. Padahal kan ada cara-cara lain supaya rakyat kita kasih nafas dulu dah, baru aja habis Covid, baru mau bangkit," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: