AS Hikam: Radikalisme jadi Ancaman Strategis Tataran Global

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Jumat, 03 Juni 2022, 22:31 WIB
AS Hikam: Radikalisme jadi Ancaman Strategis Tataran Global
Pengamat radikalisme dan terorisme, Muhammad AS Hikam/Repro
rmol news logo Radikalisme bukan hanya menjadi ancaman strategis bagi Indonesia, melainkan juga bagi negara-negara di dunia. Karena hanya di Indonesia, radikalisme dianggap sebagai ideologi dan tindakan yang berupaya melakukan perubahan fundamental dalam kehidupan masyarakat.

Hal itu disampaikan oleh pengamat radikalisme dan terorisme, Muhammad AS Hikam dalam acara diskusi bertajuk "Ancaman Propaganda Radikalisme Terhadap Kehidupan Toleransi di Indonesia" di Kampus Paramadina pada Jumat (3/6).

Dalam acara yang digelar secara offline dan online itu, Hikam menjelaskan definisi radikalisme, yaitu sebagai sebuah ideologi dan tindakan yang berupaya melakukan perubahan fundamental dalam kehidupan bermasyarakat yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

"Faktanya bahwa radikalisme seperti definisi saya tadi sudah menjadi ancaman strategis baik pada tataran global, regional, dan nasional. Tentu yang paling penting pada tataran nasional," ujar Hikam.

Menurut dosen President University itu, intoleransi menjadi sumber utama radikalisme. Di mana, ketidaksediaan menerima atau menghormati perbedaan pandangan dan atau keyakinan merupakan akar intoleransi yang bisa menjadi dasar pengembangan aksi-aksi radikalisme.

"Menolak mengakui perbedaan pandangan dengan alasan agama, maka kita sedang menyaksikan intoleransi beragama. Ini sangat sering terjadi baik lintas agama maupun antar agama," katanya..

Menristekdikti periode 1999-2001 ini menilai, hingga saat ini belum ada tanda-tanda positif bahwa kelompok radikal mengalami penurunan secara kuantitas. Hal itu menunjukkan bahwa radikalisme di Indonesia bukan sekadar isapan jempol belaka.

"Yang justru terjadi adalah berkembangnya ideologi radikal yang terinspirasi dari kelompok jihadi seperti JAD, JAT, dan lain-lain," jelasnya.

Hikam juga mengungkapkan bahwa kelompok radikal tetap eksis, salah satunya karena manajemen organisasi yang solid serta dukungan finanasial yang cukup.

"Kelompok radikal memiliki manajemen yang solid, hirarkis dan bersifat rahasia untuk umum dan memiliki jejaring nasional dan internasional. Dan yang penting termasuk financial network yang cukup complicated dan cukup bervariasi dan massif," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA