Tindakan nyata tersebut bisa dilakukan salah satunya melalui Parlemen.
“Hal ini di saat dunia telah mencapai pemanasan 1.1 derajat celsius dan mengakibatkan target pemanasan 1.5 hingga 2 derajat Celsius sulit untuk dapat tercapai,†ujar Puan dalam sambutannya, Minggu malam (20/3).
Puan mendorong agar pertemuan forum parlemen internasional itu memobilisasi komitmen dan aksi dunia pada isu perubahan iklim. Puan mengatakan, aksi nyata mutlak dilakukan guna menyelamatkan dunia dari dampak perubahan iklim yang banyak menyebabkan bencana.
“Sesuai tema pertemuan, Parlemen perlu untuk memobilisasi pengurangan emisi, memperkuat adaptasi, dan merealisasi komitmen pembiayaan bagi negara berkembang,†katanya.
Selain itu, Puan juga mendorong agar negara maju membantu negara-negara berkembang mengupayakan bantuan dana maupun investasi untuk mendukung agenda perubahaan iklim.
Menurutnya, negara maju pun perlu didukung mempercepat penggunaan energi terbarukan sebagai langkah yang bisa dilakukan dalam menghindari pemanasan global.
“Transisi energi bersih di negara berkembang juga perlu mendapatkan dukungan teknologi dan investasi,†tegasnya.
Selain terkait isu perubahaan iklim, forum IPU juga dinilai bisa menjadi wadah dalam menjawab tantangan-tantangan di dunia yang terjadi ini. Terutama, kata Puan, untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi global dan mengatasi dampak sosial dari pandemi Covid-19.
“Parlemen perlu membantu mengurangi perbedaan kecepatan pemulihan ekonomi di negara maju dan berkembang. Vaksinasi adalah kunci bagi pemulihan ekonomi yang lebih cepat,†katanya.
Mantan Menko PMK ini mengajak negara-negara di dunia, melalui IPU, agar mendorong akselerasi pemerataan vaksin global. Dengan begitu, target vaksinasi 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022 dapat tercapai.
“Selain itu, Parlemen juga perlu memobilisasi dukungan masyarakat internasional dalam penanganan dampak sosial pandemi seperti bertambahnya kemiskinan dan ketimpangan,†demikian Puan.
BERITA TERKAIT: