Virus mematikan tersebut telah menelan korban sedikitnya 5,01 juta orang di dunia. Para kepala pemerintahan pun ramai-ramai memutar otak untuk menekan angka kematian akibat virus yang mulanya hanya menyebar di Wuhan, China tersebut
Untuk dapat melawan virus yang menggerogoti organ vital manusia ini, tidak bisa mengandalkan obat-obatan kimiawi semata.
Yang paling utama adalah
support system dari mereka yang ada di sekeliling penderita Covid-19. Baik itu keluarga, saudara maupun tetangga. Hal ini diperlukan agar seseorang yang terpapar virus Covid-19 merasa tidak sendirian dan kuat untuk bangkit menghadapi derita akibat serangan virus tersebut.
Perlu diingat bahwa paparan Covid-19 tidak hanya membuat ambruk fisik seseorang, tapi juga perlahan menyerang mental. Terlebih penderita Covid-19 diwajibkan untuk mengisolasi diri. Tidak sedikit dari mereka kemudian merasa dikucilkan lantaran lingkungan sekeliling yang berlebihan karena takut tertular.
Berdasar gambaran tersebut, tentu saja
support system dari sekeliling bisa menjadi obat penawar rasa sakit.
Dalam masyarakat Bali, ada istilah Tat Twam Asi yang memiliki filosofi mendalam untuk menjaga keharmonisan antar masyarakat. Terlebih di tengah situasi pandemi Covid-19 ini, semangat gotong royong dan mampu merasakan penderitaan orang yang ada di sekitar menjadi jawaban bahwa hidup sejatinya harus bergandengan tangan, tanpa memandang suku, bangsa dan agama.
Tat Twam Asi memiliki terminologi aku adalah kau. Di mana semangat Tat Twam Asi ini bisa diterapkan dalam seluruh aspek sosial. Situasi sulit saat ini, Tat Twam Asi ini tidak hanya sebagai mantram, tapi juga bisa diaplikasikan untuk dapat saling bergotong royong dan tenggang rasa antara sesama di negara yang majemuk ini.
Salah seorang karyawan swasta bernama Nanda Andini (33) merasakan betul manfaat dukungan moril maupun materil dari sekelilingnya saat berjuang menghadapi virus Covid-19.
Mulanya, Nanda Andini merasa terisolasi di dalam kamarnya karena harus membatasi diri dari lingkungan. Tidak boleh keluar rumah dan harus menghadapi fakta untuk mengurus diri sendiri tanpa bantan dokter.
Menurutnya, dengan adanya support system tersebut, dirinya merasa terbantu untuk pulih dari ancaman kematian corona.
“Aku benar-benar merasakan yang namanya terisolasi, sendirian di dalam kamar, tidak boleh keluar, sakit mengurus sendiri, tanpa bantuan dokter. Tapi ada kawan-kawan aku yang mengirimkan makanan, obat-obatan itu membantu aku banget,†ucap Nanda kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (31/11).
Semangat gotong royong inilah yang perlu ditanamkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, agar para pasien Covid-19 tidak merasa sendirian dan mampu bangkit dari penyakit mematikan yang dihadapinya.
“Di samping psikis kita sehat, fisik kita juga sehat berkat support sahabat. Kami merasa tak sendirian menghadapi Covid-19 ini,†ucapnya.
Senada itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan semangat gotong royong yang digelorakan oleh Bung Karno sangat terasa di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini.
Pasalnya, banyak masyarkat menolong masyarakat yang merasakan kesulitan saat pandemi, rasa senasib sepenanggungan itu muncul dengan melakukan upaya membantu sesama lewak berbagai aksi kemanusiaan.
“Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno, pada 76 tahun lalu, telah menegaskan bahwa Indonesia adalah negara gotong royong. Sikap Gotong Royong yang merupakan pengejawantahan dari sila Pancasila harus terus ditumbuhkembangkan seluruh elemen bangsa agar Indonesia mampu segera terbebas dari pandemi Covid-19,†tegas Bamsoet.
Dengan adanya imbauan pemerintah untuk mengetatkan protokol kesehatan dan menereapkan 3M, diharapkan menjadi salah satu ikhtiar bangsa Indonesia dalam memutus mata rantai penyebaran pandemi Covid-19.
Hal itu dibuktikan dengan adanya pengakuan dari negara-negara lain yang memuji penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang berangsur membaik. Terlebih program vaksinasi saat ini telah digencarkan oleh pemerintah dan diharapkan Indonesia mencapai herd immuntiy sehingga memiliki kekebalan tubuh yang baik dalam menghadapi Covid-19 ini.
Pemerintah telah melakukan upaya maksimal dalam kurun waktu satu setengah tahun lebih ini untuk menekan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Selain mengetatkan 3M, PPKM juga dinilai dunia menjadi kebijakan paling mujarab dalam penanganan pandemi Covid-19. Tak ayal sejumlah negara-negara mengapresiasi pemerintah Indonesia.
BERITA TERKAIT: