Robi mengatakan, peristiwa tenggelamnya kapal selam, ini bukan kali pertama di dunia ini.
Ia menyebutkan, diantara 10 kapal selam yang tenggelam di dunia, 1 diantaranya sangat mirip dengan Indonesia yakni kapal Selam ARA San Juan milik Angkatan Laut Argentina yang hilang di Samudra Atlantik. Kapal selam ini juga sama dengan Indonesia, keduanya buatan Jerman pada 1980.
“Jadi saya juga meyakini bahwa kapal selam kita adalah murni kecelakaan alusista, bukan karena human error atau ada penyerangan dari pihak luar,†ungkap Robi.
Menurut Robi, ada dua langkah yang harus segera dilakukan pasca kecelakaan ini.
Pertama, pemerintah segera memberikan bantuan kepada keluarga korban dan yang paling khusus adalah menjamin pendidikan anak-anak yang ditinggalkan akibat kecelakaan ini sampai perguruan tinggi.
Kedua, Kementerian Pertahanan agar segera mengevaluasi alutsista pertahanan negeri ini. Sebab alutsista adalah bagian ranah dari kebijakan kementerian pertahanan selama ini.
“Jadi tidak elok juga bahwa kecelakaan ini dibebankan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono sebagai pihak yang bertanggungjawab sebab persoalan alutsista sudah menjadi persoalan yang sering dibahas sejak pemerintahan Pak SBY,†ungkap Robi.
Robi menilai tidak elok jika dalam insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402 itu muncul analisa tendensius yang terkesan menyalahkan KSAL.
Robi melihat masyarakat Indonesia sangat berduka atas peristiwa tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Duka itu harus dipahami sebagai bentuk kuatnya kecintaan masyarakat Indonesia pada bangsa ini. Apapun bentuknya, bahkan sampai ada yang ingin menggalang untuk membantu dalam membelikan kapal selam yang baru.
“Saya jujur terharu dengan respon masyarakat kita,†kata dosen keamanan di Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: