Menurut pengamat politik dari Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA), Herry Mendrofa, batalnya reshuffle kabinet pekan lalu lantaran Presiden Jokowi tengah melakukan deal politik dengan para partai koalisi.
"Dugaan saya Presiden Jokowi sedang tarik ulur dengan kepentingan politis lainnya salah satunya partai politik,†ucap Herry kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (19/4).
Herry mengatakan, salah satu yang menjadi pertimbangan presiden yakni adanya dorongan dari publik untuk mengevaluasi kinerja kementerian pertanian, yang saat ini dirasa belum maksimal dalam mencapai target menuju swasembada pangan.
"Hal ini jelas akan berpengaruh langsung pada kursi Menteri Nasdem,†katanya.
Selain itu, lanjut Herry, adanya desas-desus masuknya Partai Amanat Nasional yang dikabarkan akan masuk dalam kabinet Indonesia Maju para reshuffle jilid kedua ini.
Menurutnya, hal ini justru bisa membuat partai pendukung pemerintah yang selama ini berada di barisan koalisi Indonesia maju akan merasa terganggu.
Kata Herry, salah satu dampak jika Jokowi lebih mengedepankan politik akomodatif akan membuat profesionalitas di kabinet Indonesia Maju berkurang.
"Hal ini juga akan membuat kabinet mendatang sarat akan pressure politik ketimbang produktifitas kinerja yang independen dan profesional,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: