"PPP dihadapkan pada berbenah diri sekaligus menancapkan langkah-langkah strategis yang tepat untuk menyongsong 2024," ujar Peneliti Senior LIPI, Prof Siti Zuhro dalam Obrolan Bareng Bang Ruslan bertajuk 'Islah PPP: Rapatkan Barisan Gapai Kemenangan', Jumat (19/3).
Menurut Siti Zuhro, PPP masih memiliki waktu tiga tahun untuk meraih suara masyarakat, terutama basis kelompok umat Islam. Hal ini antara lain agar partai berlambang Kabah tidak lagi menjadi partai buncit.
"Menurut saya belum terlambat karena masih 3 tahun lagi. 1 tahun kita bisa melihatlah
achievement-nya seperti apa. Sehingga PPP tidak lagi menjadi partai kecil," sambung Siti Zuhro.
Sebab dalam politik, meyakini, mensugesti, dan menjanjikan para pemilih sangat penting untuk mendulang suara dan mendapat kepercayaan dari pemilh. Terlebih, karakteristik pemilih masyarakat Indonesia cenderung dinamis.
"Makanya kenapa ada pemilih yang
moody, karena pemilih kita itu bukan pemilih yang statis, bukan hanya yang itu saja atau (pemilih) tradisional," tuturnya.
Apalagi, kata Siti Zuhro, PPP sendiri telah memiliki pemilih tradisional yang loyal dan cenderung tidak berubah sejak dahulu.
"Kalau tidak, sudah keok (Pemilu 2019) kemarin. Jadi ada partai yang uncang-uncang kaki ada yang dapat 6 persen karena apa? Karena pemilih tradisionalnya yang jalan. Mesin tradisionalnya yang jalan," ucapnya.
Oleh karena itu, ada PR besar PPP, terutama tokoh-tokoh yang sebelumnya menjadi centrum pembelahan di partai kabah tersebut untuk memperbaiki suara.
"Pak Djan Faridz dalam hal ini untuk kembali membesarkan PPP. Jadi jangan lagi ada konflik-konflik karena bisa
declining di mata masyarakat," tandasnya.
Selain Siti Zuhro, turut hadir dalam serial diskusi daring yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL tersebut, yakni Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dan Anggota Majelis Kehormatan PPP Djan Faridz.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: