Pengakuan tersebut disampaikan Wakil Sekretaris Fraksi PPP, Achmad Baidowi yang disampaikan dalam bedah buku bertajuk 'Pemilu Serentak 2019: Catatan Pengalaman di Indonesia secara virtual', Minggu (12/7).
“Mayoritas memang mengalami pemecahan. Karena berat, satu sisi mikir Pilpres, satu sisi mikir lain, Pileg,†kata pria yang akrab disapa Awiek ini.
“Belum lagi kehendak mayoritas masyarakat di dapilnya (daerah pemilihan) berbeda,†imbuhnya.
Awiek menncontohkan daerah pemilihan di wilayahnya yakni Madura, PPP menjadi pengusung Paslon 01 Jokowi-Maruf Amin. Sejumlah Caleg tidak fokus pada pencalonan legislatif tapi malah difokuskan dengan Pilpres.
“Mau tidak mau saya sebagai kader partai harus mengkampanyekannya. Tapi kan kehendak masyarakatnya, pendukung Prabowo-Sandi sejak periode 2014, itu pemilih fanatik di Madura, bahkan hasil pemilunya 80 persen dimenangkan 02,†katanya.
“Bisa dibayangkan, berapa rumitnya, caleg-caleg dari pengusung 01 untuk mengkampanyekan di dapil Jatim 11 yaitu Madura,†imbuhnya.
Awiek berkelakar, beruntung kader PPP mampu melewati ambang batas parlemen meski pada saat Pemilu harus difokuskan dengan Pilpres.
“Untung kita jago silat semua, sehingga saya bisa lolos dari perangkap-perangkap itu dan masuk 10 besar perolehan nasional, meski di dapil saya Prabowo dan Sandiaga yang menang. Dan sampai sekarang pertentangan masih terasa, padahal Prabowonya sudah di kabinet dan menjadi Menhan,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: