Hal ini terungkap saat Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin, mengingat kembali pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara beberapa tahun silam. Saat pertemuan itu, Jokowi yang mengenakan seragam lengkap Kostrad TNI AD meminta bantuan Din Syamsuddin untuk memberantas mafia.
Din Syamsuddin yang ketika itu menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah menuturkan, pertemuannya dengan Jokowi terjadi di Istana medio Juni 2015 lalu.
“Saya punya pengalaman pribadi. Suatu waktu, soal ketaksungguhan, termasuk dalam menghadapi kleptokrasi dan oligarki itu. Beliau itu dulu pernah ya sewaktu saya memimpin PP Muhammadiyah ke Istana, mungkin yang ada gambar beliau pakai baju militer. Minta tolong, kepada PP Muhamamdiyah untuk membantu pemerintah menghadapi dan mengatasi (mafia)," ujar Din Syamsuddin dalam wawancara di channel YouTube Refly Harun yang dilihat Redaksi, Rabu (13/5).
Dalam pertemuan itu, Din Syamsuddin mengaku, Jokowi menyebut berbagai mafia satu per satu. Mulai dari mafia beras, gula, garam, daging, sampai ke mafia pendidikan.
“Itu jumlahnya belasan. Kami bilang siap (membantu Jokowi melawan para mafia). Tapi apa yang terjadi? Mafia merajalela, mafia semakin merajalela," ujar Din Syamsuddin.
Pakar hukum Refly Harun selaku tuan rumah, yang penasaran kemudian menanyakan lebih detail apakah mafia itu berganti atau tetap orang yang sama?
"Oh saya nggak tahu, saya bukan ahli mafiologi kriminologi, tapi kenyataannya ada dan masih kuat. Ini akan merusak tatatan good governance," jawab Din Syamsuddin.
Dia pun menyoroti keberadaan oknum-oknum tertentu di pemerintahan yang mencoba meraup keuntungan dengan posisi yang dijabatnya sekarang.
"Ternyata ada pihak-pihak yang mencari keuntungan dari posisinya di kehidupan negara ini, kalau mau terus terang," kata Din yang menjawab pertanyaan Refly Harun.
BERITA TERKAIT: