Istilah Kulturkampf atau "culture war" berasal dari clash antara Chancellor Otto von Bismarck dan Sri Paus di Vatican city.
Culture War masuk vocabulary politik Amerika setelah James Davison Hunter menulis buku "Culture Wars: The Struggle to Define America".
Culture War artinya perang antara tradisionalist-konservatis melawan liberal-communist-atheis evil axis camps.
Pat Buchanan menyatakan culture war sebagai konflik perebutan kekuasaan atas definisi benar dan salah.
Di Amerika, culture war mempengaruhi peta Pilpres dan berotasi seputar masalah aborsi, gun laws, recreational drug use, Hak LGBT, imigrasi, separasi agama dan negara.
Di tahun 1992, Konservatis George HW Bush tumbang oleh Bill Clinton setelah Liberal-Democrat merangkul dan bersetubuh dengan Christian Coalition of America yang sanggup mendistorsi persepsi massa konservatis Christian.
Manuver istilah "kafir" kiai Haji Said Aqil Sirod disinyalir punya implikasi politik pilpres. Semakin jelas setelah Cawapres Maruf Amin ikut berkomentar setuju tidak menggunakan kata kafir untuk non-muslim.
Konsolidasi voters minoritas non-muslim tersolidifikasi dengan trik kata kafir. Cerdas. Jitu. Brilliant. Pintu masuk politik praktis dan ranah eksekutif semakin terbuka lebar bagi non-muslim seperti Ahok.
Persis seperti Bill Clinton menggerus suara Konservatis Christian dengan menggunakan tangan Christian Coalition of America sekaligus menyolidkan liberal-communistic camps.

Penulis merupakan kolumnis, aktivis Komunitas Tionghoa Antikorupsi (KomTak)