"Indikasi meningkatnya suhu politik jelas terlihat dari lontaran pesan komunikasi politik dari kedua kubu," jelas Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner, Emrus Sihombing, siang ini (Kamis, 15/11).
Belakangan, perang diksi dilakukan kedua kubu peserta Pilpres. Semisal, kubu Prabowo-Sandi menyampaikan rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibanding di Jakarta, dan menyebut pemerintah bohong lantaran tak tepati janji kampanye.
Sementara itu, kubu Jokowi-Ma'ruf tidak mau ketinggalan. Sebagai respons dari kritikan kubu Prabowo-Sandi Jokowi melontarkan diksi politikus sontoloyo dan politik genderuwo.
"Kampanye semacam itu bila terus dipelihara oleh para elite politik peserta kampanye pilpres sangat berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan sosial dan bahkan bisa memicu konflik horizontal di tengah masyarakat," demikian Emrus.
[jto]
BERITA TERKAIT: