Narasi Elite Politik Saat Ini Bisa Picu Polarisasi Dan Gesekan Sosial

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sukardjito-1'>SUKARDJITO</a>
LAPORAN: SUKARDJITO
  • Kamis, 15 November 2018, 12:40 WIB
Narasi Elite Politik Saat Ini Bisa Picu Polarisasi Dan Gesekan Sosial
Ilsutrasi/Net
rmol news logo . Kampanye Pilpres 2019 sudah beranjak tiga bulan berlangsung sudah tampak memanaskan suhu politik di kalangan elite nasional. Kemudian, upaya menurunkan suhu belum muncul dari kedua kubu peserta Pilpres.

"Indikasi meningkatnya suhu politik jelas terlihat dari lontaran pesan komunikasi politik dari kedua kubu," jelas Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner, Emrus Sihombing, siang ini (Kamis, 15/11).

Belakangan, perang diksi dilakukan kedua kubu peserta Pilpres. Semisal, kubu Prabowo-Sandi menyampaikan rakyat Indonesia 99 persen hidup pas-pasan, harga-harga bahan pokok di pasar naik, tempe setipis ATM, chicken rice di Singapura lebih murah dibanding di Jakarta, dan menyebut pemerintah bohong lantaran tak tepati janji kampanye.

Sementara itu, kubu Jokowi-Ma'ruf tidak mau ketinggalan. Sebagai respons dari kritikan kubu Prabowo-Sandi Jokowi melontarkan diksi politikus sontoloyo dan politik genderuwo.

"Kampanye semacam itu bila terus dipelihara oleh para elite politik peserta kampanye pilpres sangat berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan sosial dan bahkan bisa memicu konflik horizontal di tengah masyarakat," demikian Emrus. [jto]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA