Publik dikejutkan retorika politik Sohibul Iman yang menyebut Prabowo bukan Muslim taat melainkan Nasionalis Islam yang harus digandeng dalam koalisi. Sohibul mengaku, penilaiannya atas keislaman Prabowo itu ia ungkapkan kepada Duta Besar Belanda saat berkunjung ke kantor DPP PKS.
Ketua Pusat Kajian Literasi Media, Afriadi Rosdi, menganggap retorika itu terkait erat dengan kepentingan politik PKS menjelang pendaftaran Capres-Cawapres yang berakhir pada 10 Agustus mendatang.
"Sohibul Iman sedang mengirimkan pesan politik penting kepada Prabowo seiring adanya indikasi Prabowo meninggalkan PKS sebagai Cawapres Prabowo. Shohibul sedang berpesan, Prabowo akan kehilangan sandaran politik dari kelompok Islam jika mengabaikan PKS," kata Afriadi kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (27/7).
Menurut dia, fakta politik bahwa PKS merupakan sandaran utama Gerindra dalam memainkan isu agama. Meski bukan Islam yang lebih baik dari capres di kubu seberang, Joko Widodo, tetapi Prabowo sepi dari serangan isu agama karena andil PKS. Kalau Prabowo meninggalkan PKS, isu agama bisa menyerang balik Prabowo.
"Sohibul selama ini menyimpan rapat cerita pertemuannya dengan Duta Besar Belanda yang membahas Prabowo tersebut. Tapi setelah ada sinyal Prabowo meninggalkan PKS, dia menyampaikan secara terbuka di sebuah forum ramai pers. Ini adalah sinyal awal terhadap kemungkinan serangan balik tersebut," ujar Afriadi.
Ia yakin, Prabowo akan memperhatikan secara serius sinyal politik yang dikirimkan Presiden PKS. PKS dikenal sebagai partai yang memiliki jaringan kader kuat dan loyal terhadap misi perjuangan partainya. Jaringan tersebut tak hanya kuat di pertempuran darat, tapi juga kuat di media sosial. Jaringan maya PKS terkonsolidasi baik dalam produksi dan penyebaran konten.
"Sekiranya DPP PKS memerintahkan menyerang balik Prabowo, maka itu sebuah petaka politik bagi Prabowo di Pilpres. Karena itu, Prabowo akan menjalin komunikasi politik lebih intens dengan pihak PKS," terang Afriadi.
[ald]
BERITA TERKAIT: