Hal itu disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/4).
"Enggak 'njlimet' hanya saja karena situasinya kurang menguntungkan bagi bagi kedua belah pihak," kata Hendri.
Sambung dia, posisi Jokowi yang elektabilitasnya belum mencapai 50 persen menyebabkan penetapan cawapresnya menjadi agak rumit.
Kendati koalisinya telah mengklaim, Jokowi sudah mengantongi satu nama cawapres, namun hal itu urung diumumkan juga oleh capres petahana itu.
Begitu juga Prabowo yang disparitasnya masih jauh dari Jokowi, harus benar-benar jeli dalam memilih calon pendampingnya. Dari sekian banyak nama bakal cawapres kabarnya sudah mengkerucut menjadi tiga nama.
"Makannya mereka berpikir dulu buat mencari pendampingnya agar bisa menaikan elektabilitasnya dan menang," pungkas Hendri.
[rus]
BERITA TERKAIT: