"Dengan Puti didorong ke Jatim, menaikkan popularitasnya di level nasional. Dulu tak ada orang yang kenal Puti. Tapi setelah ditarik ke Jatim, semua jadi tahu kalau cucu Bung Karno banyak yang mantap juga," ujar pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (2/7).
Ia yakin PDI Perjuangan, PKB, PKS dan Gerindra selaku partai pengusung Saifullah Yusuf-Puti Guntur telah bekerja keras untuk menang di Pilgub Jatim.
Namun, elektabilitas pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak tetap lebih mendominasi.
"Saya terlibat langsung Pilkada Jatim. PDIP dan PKB all out menangkan pasangan nomor 2 . Tapi tetap saja enggak ngangkat," aku Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu.
Selain itu, kekalahan Puti di Pilgub Jatim tak lepas dari sentimen negatif publik terhadap PDIP.
"Sentimen melawan calon yang diusung PDIP cukup kuat di bawah. Sentimen negatif ke PDIP adalah efek dari Pilkada Jakarta," ungkap Adi.
PDIP mengusung pasangan Basuki Purnama-Djarot Saiful Hidayat di Pilgub Jakarta 2017.
Yang jadi masalah besar adalah Basuki alias Ahok terjerat perkara penisataan agama karena isi pidatonya di Kepulauan Seribu. Hal ini dianggap berakibat buruk bagi citra PDIP dan partai lain pengusung Ahok. [ald]
BERITA TERKAIT: