"Menjelang sisa waktu menuju tanggal 27 Juni 2018 sebagai puncak ajang pertarungan Pilkada, kita memang harus wasapada dengan manuver yang tidak sehat dalam berdemokrasi," kata anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Didik Mukrianto, dalam keterangan persnya.
Didik katakan, dalam konteks yang sempit menjelang pencoblosan 27 Juni 2018, pasti akan marak penggunaan politik kotor seperti tuduhan terhadap pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak yang didukung Partai Demokrat, Partai Golkar, Hanura, PPP, Nasdem dan PKPI.
Upaya tersebut bisa jadi dilakukan karena tingkat kepanikan yang tinggi dari kubu lawan, karena pasangan yang diusungnya berpotensi kalah dan tidak bisa lagi diselamatkan.
Bisa jadi juga upaya politik kotor tersebut ditujukan untuk membunuh karakter para pendukung, termasuk parpol-parpol pendukung Khofifah-Emil, yang semakin solid membangun koalisi dan mendapat kepercayaan rakyat.
Di sisi lain, lanjut Didik, ada banyak calon kepala daerah yang diusung parpol lain terseret persoalan hukum dan ditangkap KPK. Ia yakin faktor ini akan mempengaruhi kepercayaan dan keyakinan masyarakat Jatim untuk berpindah ke Khofifah-Emil.
"Bisa juga, cara-cara demikian untuk menutup aib karena sudah terendus atau ketahuan," tambah Sekretaris Fraksi Demokrat di DPR RI itu.
Ia yakin masyarakat Jatim sudah paham peta pertarungan yang tidak sehat dan sadar bahwa cara kotor akan dilakukan untuk menjegal Khofifah-Emil.
"Alhamdulillah, sejak awal rakyat dan pendukung Khofifah-Emil sudah antisipasi itu. Jadi kalau ada berita seperti itu (dugaan korupsi Khofifah) sudah tidak mengagetkan lagi. Itu cara kacangan, kuno dalam berdemokrasi dan tidak akan mungkin termakan. Biar mereka hancur dengan energi negatif yang mereka bangun sendiri," tuturnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: