Tausiyah Kebangsaan: Tidak Terima Perbedaan Berarti Tolak Kebesaran Tuhan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Rabu, 30 Mei 2018, 01:32 WIB
Tausiyah Kebangsaan: Tidak Terima Perbedaan Berarti Tolak Kebesaran Tuhan
Buya Syakur Yasin/Repro
rmol news logo . Pimpinan Pondok Pesantren Cadangpinggan KH. Buya Syakur Yasin mengatakan perbedaan yang di dunia seperti bahasa, suku, agama, bangsa, budaya dan warna kulit menunjukkan kebesaran Allah SWT. Maka siapa yang tidak bisa menerima perbedaan dengan ikhlas berarti menolak kebesaran Tuhan.

"Dari perbedaan tersebut, para pendiri bangsa Indonesia berpikir keras dan berhasil merumuskan Pancasila. Ideologi itu seperti tanaman, yang cocok di tanah Indonesia adalah Pancasila bukan yang lain. Bangsa Indonesia sudah punya Pancasila yang relevan hingga kapan pun. Kita tidak boleh mengkhianati kesepakatan para pendiri bangsa berupa Pancasila ini. Tugas santri menjaga Pancasila dan NKRI hingga akhir zaman," ujar Buya Syakur Yasin dalam keterangan tertulis kepada redaksi, Selasa (29/5).

Demikian disampaikan Buya Syakur Yasin dalam tausiyah kebangsaan dengan tema "Santri Melawan Hoax dan Penyalahgunaan isu SARA untuk Keutuhan NKRI" di Ponpes Cadangpinggan, Sukagumiwang, Indramayu, Jawa Barat, Senin malam (28/5). Tausiyah kebangsaan ini terselenggara atas kerja sama  Komunikonten (Institut Media Sosial dan Diplomasi) dengan Ponpes Cadangpinggan.
 
Mengenai masih maraknya hoax, fitnah, ujaran kebencian dan penyalahgunaan isu SARA, Buya Syakur Yasin menyampaikan kisah seorang manusia yang ditempatkan di neraka bersama para pembunuh. Ia kemudian protes mengapa dirinya ditempatkan bersama para pembunuh, sedangkan ia tidak pernah membunuh satu nyawa pun selama di dunia. Malaikat menjawab bahwa engkau memang tidak pernah membunuh, namun akibat dari perkataanmu, akibat dari fitnah yang engkau sebarkan banyak orang saling bunuh-membunuh.

"SARA jika disalahgunakan untuk kepentingan politik dapat menyebabkan konflik dan perang yang panjang. Perang yang terjadi di beberapa negara salah satunya disebabkan maraknya berita bohong dan penghinaan terhadap SARA," tambah.

Menurut Buya Syakur Yasin, Islam datang dengan tauhid, dan tauhid tersebut membuat manusia setara, dan kesetaraan itu adalah syarat utama persatuan.

"Karenanya, kita harus memandang semua manusia sama, tanpa membeda-bedakan latar belakangnya," tutupnya. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA